Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Sorban Dahlan

Rabu, 05 Maret 2014 – 17:12 WIB
Sorban Dahlan - JPNN.COM

Secara etimologis tarekat berasal dari tariqah. Arti harfiahnya, ‘jalan’ atau ‘cara’ atau ‘metode’ dalam studi tasawuf. Inilah proses perburuan kebenaran sejati (haqiqah, hakiki) dan pengharapan ideal, sesudah pelakunya memperdalam ‘jalan’ syari’ah (hukum). Tariqah dapat pula bermakna aliran, mazhab, atau cabang pemahaman tasawuf.

Al Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali (740-816 M) merumuskan tarekat sebagai cara para salik menuju Allah lewat tahapan-tahapan/maqamat tertentu. Dalam tarekat mereka menghamba pada Allah, memperlakukan guru sebagai pemegang rahasia keistimewaan menuju penghadapan Ilahi. 

Para salik menjalani tata-krama menurut kaidah agama, meneladani Rasulullah SAW, menjaga kehormatan diri, guru, sesama manusia, santun pada yang tua, sayang pada yang muda, dan tabah menghadapi permusuhan antar-saudara.

Komitmen dan perilaku mereka tertuju sepenuhnya untuk mempertinggi pelayanan, membersihkan niat agar tak terjebak tujuan duniawi, serta menjaga tekad demi meraih ma’rifat khashshah tentang Allah.

Dengan demikian, para salik adalah pribadi yang gandrung pada Allah dan sesama secara bersamaan. Bukan jenis manusia yang terasing, atau pingin masuk syurga sendirian saja. Mereka adalah pribadi-pribadi otentik, yang bebas dari polesan-polesan artifisial ala politikus atau artis atau ‘ustadz selebriti’. 

Dengan ikhtiar kuat dalam orientasi yang tidak melulu duniawi, ada yang menyebut mereka ‘semulia-mulia manusia setelah para nabi’. Namun pemikir Islam ternama, Ibnu Taimiyah, meluruskan dengan menyebut para salik sebagai ‘orang-orang yang ber-ijtihad dalam ketaatan kepada Allah’.

Jam'iyyah Ahlith Thariqah Mu'tabarah An-Nahdliyyah menyebut tak kurang dari 42 tarekat populer di Indonesia. Salah satunya adalah Tarekat Syattariyah, di mana Dahlan menjalani hidup sebagai salik. Tarekat ini muncul di Hindustan (India) pada abad ke-15, bernisbat pada pelopornya, Syekh Abdullah Asy-Syattar. 

Dengan gambaran hidup para salik yang demikian tak mudah, ingin benar saya nimbrung obrolan dua kawan sepenerbangan dari Balikpapan itu, dengan mengatakan ini;

MENUNGGU saat boarding di Bandara Sepinggan Balikpapan dua calon penumpang membincangkan sosok presiden Indonesia mendatang. Seraya memperlihatkan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA