Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Sosialisasikan Empat Pilar, Mahyudin Bercerita soal Kopi Luwak di Era Kolonial

Rabu, 06 Maret 2019 – 10:10 WIB
Sosialisasikan Empat Pilar, Mahyudin Bercerita soal Kopi Luwak di Era Kolonial - JPNN.COM
Wakil Ketua MPR Mahyudin pada acara sosialisasi Empat Pilar di Kota Bontang, Kalimantan Timur, Selasa (5/3). Foto: MPR

jpnn.com, BONTANG - Wakil Ketua MPR Mahyudin mengaku senang lembaganya bisa bekerja sama dengan Generasi Muda Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI/Polri (GM FKPPI) Kota Bontang untuk menyosialisasikan Empat Pilar.

Mahyudin menyampaikan hal itu ketika sosialisasi Empat Pilar MPR di Kota Bontang, Kalimantan Timur, Selasa (5/3). “Ketika ada usulan kerja sama sosialisasi Empat Pilar MPR dengan FKPPI, langsung saya setujui,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu Mahyudin menyampaikan pengantar sekaligus membuka sosialisasi Empat Pilar MPR yang diikuti 400 peserta tersebut. Peserta sosialisasi Empat Pilar MPR di Bontang adalah warga masyarakat dan kalangan pelajar.

Mahyudin juga mengajak dua anggota MPR dari Fraksi Partai Golkar sebagai narasumber, yakni Hetifah Sjaifudian dan Popong Otje Djundjunan. Tokoh nasional asal Kalimantan Timur ini punya alasan sehingga kerja sama MPR dengan FKPPI tersebut begitu penting. 

Menurut Mahyudin, para orang tua anggota FKPPI menjadi saksi sejarah tentang perjuangan Indonesia meraih kemerdekaan. “Itu tidak mudah, banyak darah ditumpahkan, banyak air mata terkuras, dan banyak jiwa melayang untuk kita bisa seperti sekarang ini,” kata Mahyudin.

Pengorbanan yang diberikan oleh para pejuang, kata Mahyudin, adalah bukti bahwa kemerdekaan tidak diperoleh secara gratis. Oleh karena itu MPR dan FKKPI memiliki satu misi, yaitu mempertahankan yang kita miliki bersama, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai kapan pun.

Mahyudin lantas menjelaskan makna kemerdekaan. Politikus Golkar itu mengutip pernyataan Bung Karno tentang kemerdekaan sebagai jembatan emas.

“Dulu, sebelum merdeka, rakyat kita bodoh, mudah diadu domba karena miskin,” tuturnya.

Wakil Ketua MPR Mahyudin menyatakan, masyarakat telah menikmati kemerdekaan yang diraih dengan perjuangan, keringat, darah dan air mata. Namun, kini kebebasan tetap harus sesuai aturan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News