Sosok Pengejar Kiai Hakam Mubarok di Mata Tetangga
“Kecilnya bener, pernah sekolah dan sampai SMP. Gangguan jiwa itu mungkin lebih karena tekanan, masalah faktor ekonomi sepertinya, Nandang berhenti sekolah karena masalah biaya,” ujar Muna, salah satu tetangga Nandang saat dijumpai Radar Cirebon (Jawa Pos Group), Rabu (21/2).
Warga sekitar, sambung Muna, tahu bahwa Nandang mengalami gangguan jiwa. Apalagi pada satu kesempatan, Nandang pernah berjalan dari musala sambil membawa buku Yasin dan lembaran Yasin disebar di jalan menuju rumahnya.
“Nah dari situ mulai ada perubahan, ya seperti mengalami gangguan jiwa. Dia mulai jarang keluar rumah, banyakan ngurung diri. Sampai akhirnya kabur dan tidak pernah kembali lagi,” imbuhnya.
Kuwu (Kepala Desa) Lemahabangkulon, Rudiana, saat dihubungi Radar Cirebon (Jawa Pos Group) mengatakan mayoritas warga Desa Lemahabangkulon yang kaget dengan peristiwa yang menimpa Nandang.
Terlebih kasus tersbeut terjadi di tengah maraknya isu penyerangan tokoh agama oleh orang yang diuga mengalami gangguan jiwa.
“Kalau gangguan jiwanya sudah lama, warga sini juga paham dan tahu kalau Nandang sakit jiwa. Cuma jujur kita juga kaget, tiba-tiba ada kabar seperti ini setelah bertahun-tahun hilang,” tuturnya.
Dijelaskan Rudi, awalnya ia dihubungi oleh perangkat desa yang mengabarkan telah dihubungi anggota Polsek Lemahabang menanyakan perihal Nandang.
“Awalnya kita juga agak sulit, kita cari-cari gak ketemu. Akhirnya baru ingat kalau itu Nandang yang hilang. Itu setelah dicari ketemu dengan keluarganya, terlebih setelah ditunjukan foto, sama persis,” jelasnya.