Sosok Suliono, Penyerang Jemaat Gereja St Lidwina, Ternyata!
jpnn.com, BANYUWANGI - Polisi telah menembak Suliono, 23, pelaku penganiayaan terhadap empat jemaat gereja Katolik St Lidwina, Dukuh Jambon, Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Sleman, Jogjakarta, pada Minggu pagi (11/2).
Orang tua Suliono, Mistaji, 57, dan Edi Susiyah, 53, yang tinggal di Dusun Krajan, RT 2, RW 1, Desa Kandangan, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, kini shock berat mendengar anaknya ditembak.
Mistaji mengaku diberitahu anaknya melakukan penganiyaan di gereja Jogjakarta itu sekitar pukul 10.00. Saat itu, dia didatangi oleh salah satu tokoh masyarakat yang juga mantan Kepala Desa Kandangan, Mubarok.
“Saya kaget saat diberitahu pak Barok (Mubarok),” terang bapak yang kesehariannya hanya sebagai buruh tani itu.
Saat didatangi rombongan Forpimka Pesanggaran, Kapolsek AKP Hery Purnomo, Danramil Kapten (arm) Sutoyo, dan Camat Hardiono, Mistaji menceritakan kalau Suliono itu selama berada di rumah pendiam dan anak yang baik.
Setelah menyelesaikan pendidikan di SMPN 1 Pesanggaran, Suliono sempat belajar di Pondok Pesantren Ibnu Sina, Dusun Jalen, Desa Setail, Kecamatan Genteng, asuhan ketua PCNU Banyuwangi KH. Masykur Ali. “Di Pak Masykur hanya enam bulan,” terangnya.
Usai dari Pesantren Ibnu Sina, terang dia, anaknya itu pindah ke tempat kakaknya di Sulawesi, tepatnya di Desa Lantula Jaya, Kecamatan Witaponda, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Di tempat kakaknya itu, Suliono juga tidak kerasan. “Perubahan pada Suliono saat di Sulawesi itu,” katanya.