Sri Mulyani Blak-blakan soal Defisit APBN 2020, Sebegini Angkanya
Angka realisasi BNPB itu berada pada zona negatif yaitu 13,6 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp 301,82 triliun.
Sementara itu, penerimaan negara dari hibah mengalami peningkatan yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, yakni 483,9 persen atau dari Rp 0,97 triliun menjadi Rp 5,7 triliun.
Untuk realisasi belanja sebesar Rp 1.841,1 triliun hingga September 2020 telah mencapai 67,2 persen dari target dalam Perpres 72/2020 sebesar Rp 2.739,2 triliun. Meningkat 15,5 persen (yoy) dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 1.594,66 triliun.
Lalu, realisasi belanja Rp 1.841,1 triliun berasal dari belanja pemerintah pusat Rp 1.211,4 triliun atau 61,3 persen dari target sebesar Rp 1.975,2 triliun dengan rincian belanja K/L Rp 632,1 triliun dan belanja non K/L terealisasi Rp 579,2 triliun.
Secara umum, belanja K/L itu telah mencapai 75,6 persen dari target dalam Perpres 72/2020 sebesar Rp 836,4 triliun. Sedangkan realisasi belanja non K/L 50,9 persen dari target yaitu Rp 1.138,9 triliun.
Menteri keuangan terbaik sedunia ini menjelaskan bahwa peningkatan belanja turut ditunjang oleh realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD), yaitu sebesar Rp 629,7 triliun atau 82,4 persen dari target dalam Perpres 72/2020 mencapai Rp 763,9 triliun.
Dia menyebutkan, realisasi TKDD tersebut terdiri dari transfer ke daerah yang mencapai Rp572 triliun dan Dana Desa sebesar Rp57,7 triliun.
Sri Mulyani mengisyaratkan bahwa defisit yang dialami Indonesia masih lebih kecil diibanding negara lain yang berada di angka belasan bahkan 20 persen.
"Jadi defisit Indonesia 4,16 persen dengan pertumbuhan ekonomi kuartal III diperkirakan kontraksi antara minus 2 persen sampai minus 0,6 persen. Kita harap Indonesia jauh lebih baik,” ucap mantan direktur pelaksana Bank Dunia ini.(antara/jpnn)