Sri Mulyani Sebut Gambaran Ekonomi 2021 Diliputi Ketidakpastian
Sri menjelaskan pemerintah bekerja keras untuk menahan dampak negatif dari Covid-19 terhadap masyarakat dan perekonomian.
Berbagai langkah stimulus, dorongan, dan kebijakan insentif sudah dilakukan untuk menjaga dan memulihkan sisi permintaan seperti konsumsi, ekspektasi dan ekspor, serta supply dan produksi yang diharapkan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi kuartal III dan IV Tahun 2020.
"Dengan langkah tersebut pemerintah berharap pertumbuhan ekonomi 2020 dapat dicegah untuk tidak merosot secara tajam dan masih dapat dipertahankan pada zona positif,” ungkap mantan petinggi Bank Dunia itu.
Ia mengatakan bila langkah mitigasi dan pemulihan ekonomi pada 2020 berjalan efektif dan baik, maka momentum tersebut diharapkan akan berlanjut pada tahun berikutnya.
Dia mengakui, pemerintah tidak dapat melakukan penanganan dampak Covid-19 sendiri.
Perlu dukungan dan komitmen kuat, serta kontribusi yang juga luar biasa, dari sisi kebijakan moneter oleh Bank Indonesia, dan dukungan kebijakan sektor keuangan dan perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan perbankan dan sangat menentukan keberhasilan penanganan akibat dampak negatif Covid-19.
“Asumsi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2021 sebesar 4,5 persen hingga 5,5 persen memang masih mengandung ketidakpastian,” ungkap dalam rapat yang dipimpin Wakil Ketua DPR Aziz Syamsuddin itu.
Menurut dia, perkiraan pertumbuhan ekonomi pada rentang itu diasumsikan ditopang konsumsi masyarakat, investasi, dan perdagangan internasional yang berangsur pulih.