Stok Pupuk Subsidi Menipis
jpnn.com - PALEMBANG--Alokasi pupuk subsidi tahun ini berkurang sebanyak 36 ribu ton jika dibandingkan tahun lalu. Sehingga stok pupuk subsidi untuk beberapa daerah semakin menipis, padahal puncak musim tanam pada akhir tahun.
Oleh karena itu, Dinas Pertanian dan Holtikutura Provinsi Sumsel meminta penambahan kuota pupuk bersubsidi untuk bisa mencukupi kebutuhan saat musim tanam pada akhir tahun.
Kepala Pertanian dan Holtikutura Provinsi Sumsel melalui Kabid Sarana dan Prasarana, Erwin Noorwibowo mengatakan, alokasi pupuk subsidi tahun ini berkurang sebanyak 36 ribu ton jika dibandingkan tahun lalu. Penurunan tersebut terlihat dari angka alokasi pupuk yang dialokasikan Kementrian Pertanian berkurang.
Dia menjelaskan, realisasi pupuk bersubsidi tahun lalu adalah urea 186.978 ton, SP36 terealisasi 48.558 ton, ZA 9.718 ton, NPK 99.634 ton, dan organik 18.823 ton. Sedangkan alokasi pupuk bersubsidi tahun ini sebanyak urea sebanyak 150 ribu ton, pupuk SP36 40 ribu ton, ZA 10 ribu ton, NPK 175 ribu ton, dan organik sebanyak 27 ribu ton.
“Artinya terjadi penurunan sebanyak 36 ribu ton jika dibandingkan tahun lalu. Penurunan ini tidak hanya terjadi di Provinsi Sumsel saja, tapi juga terjadi disemua Provinsi di Indonesia,” ujarnya di ruang kerjanya, Senin (23/9).
Sementara itu, realisasi pupuk bersubsidi hingga akhir Agustus tahun ini, lanjut Erwin, adalah urea sebanyak 74.928 ton (49,95 persen), NPK 45.428 ton (25,87 persen), ZA 3.921 ton (39,22 persen) , SP36 sebanyak 21.370 ton (54,68 persen) dan organik sebanyak 23.343 ton (86 persen).
“Kebutuhan pupuk di Sumsel memang tinggi tidak sebanding dengan alokasi dari pusat. Oleh karena itu, kita meminta penambahan kuota untuk mencukupi kebutuhan saat puncak musim tanam pada November dan Desember,” paparnya.
Dia menuturkan, kebutuhan pupuk di beberapa daerah sudah sangat menipis. Bahkan di OKUS stok pupuk Urea sudah hampir habis karena hanya 1,5 ton.