Stres Berstatus Guru Honorer, Merantau ke Bali Jadi Bartender
“Rumah dikasihkan aku dan anak,” tandas dia.
Menurut Karin, sebenarnya sudah lama dia dan suami berbeda prinsip. Karin sangat ingin suaminya menjadi guru, sesuai dengan ijazah akademiknya yang merupakan lulusan pendidikan keguruan.
Karin merasa bila menjadi guru lebih tenang dan bisa fokus dengan kehidupan lainnya. Sebuah profesi yang juga adalah bagian dari ibadah.
Berbeda dengan Donjuan. Semenjak tidak diangkat-angkat dan hanya berstatus guru honorer SD, Donjuan mulai frustasi.
Dalam sebulan dia hanya mendapatkan gaji Rp 1 juta. Biasanya, uang itu hanya digunakan untuk biaya cicilan rumah yang tahun ini sudah lunas.
Donjuan makin tersiksa kala melihat anaknya sering menangis, karena tidak bisa membeli mainan.
“Nasib guru sekarang kan sulit. Urusan sertifikasi, belum lagi gaji minim. Yang muda-muda seperti saya ini memang harus berjuang,” jelasnya.
Tak ada karir jelas, tahun 2013 lalu, Donjuan berpamitan untuk bekerja di Bali. Kebetulan waktu SMK, Donjuan kursus menjadi bartender sehingga dia yakin bakal banyak restoran yang membutuhkan keahliannya.