Striker Didominasi Asing, Pemain Lokal Sulit Berkembang
jpnn.com, JAKARTA - Pada Liga 1 musim 2018 ini, hampir semua klub peserta memakai bek tengah dan striker asing sebagai pemain inti reguler.
Kalau untuk bek tengah, setidaknya butuh dua pemain dalam skema empat bek, sehingga bisa kombinasi bek asing dan bek lokal. Situasi lebih pelik terjadi di lini depan.
Saat ini, rata-rata pelatih memainkan skema striker tunggal dengan ditopang winger, second striker, atau gelandang serang. Dan kebetulan yang acapkali dipakai adalah striker asing. Pekan ini, ada Persebaya Surabaya dan Bali United yang tidak memasang striker asing.
Persebaya memainkan Rishadi Fauzi dan Ricky Kayame sebagai pengganti. Sedangkan, Bali United memakai tenaga striker naturalisasi Ilija Spasojevic. Dampak dari dominasi striker asing itu, membuat pemain lokal di posisi tersebut sulit berkembang karena kurang jam terbang.
Mantan pelatih timnas U-19 Indonesia dan Bali United Indra Sjafrie menilai, menemukan bek tengah dan striker andal di Indonesia saat ini sulit. Karena itu dia mengapresiasi apa yang dilakukan pelatih Persebaya Angel Alfredo Vera yang masih memberi kesempatan striker lokal.
’’Terlalu banyak pemain asing, pemain lokal kurang punya jam terbang,’’ ujar Indra Sjafri. ’’Paling tidak setengah babak dimainkan. Kalau semua pemain asing, pemain lokal jam terbangnya kurang. Timnas akan sulit cari pemain nanti,’’ lanjut pria asal Sumbar itu.
Dia mencontohkan Aji Kusuma, striker timnas U-19 yang cetak gol ke gawang Jepang U-19, baik ketika berkostum timnas ataupun klubnya Persika Karawang. Menurutnya, Aji punya kualitas tinggal bagaimana diberi jam terbang lebih saja. ’’Tubuhnya harus diisi juga, kekurusan,’’ paparnya.
Dusan Bogdanovic, agen dari Egy Maulana Vikri, sepakat dengan itu. Dia mengatakan, Indonesia ini diberkahi oleh banyak pemain sepak bola bertalenta. ’’Fasilitas, akademi, dan pencarian bakat ke seluruh pelosok negeri harus benar-benar dibenahi jika ingin maju,’’ sarannya.