Suara Milenial ke Gus Ipul-Puti, Efek Emil Belum Terlihat
“Jadi kan ada social imagery, citra sosial, ada candidat personality, dimunculkan asosiasi kandidat terhadap segmen pemilih tertentu, dalam hal ini milenial. Citra sosial Emil yang didesain untuk membidik milenial, seperti gaya bergitar dan bahkan mengeksploitasi sosok istrinya, ternyata belum berdampak di lapangan,” ujar Novri yang mendalami sosiologi politik.
Menurut Novri, yang tidak kalah penting dalam penggarapan isu milenial adalah kerja politik yang terstruktur ke basis anak muda. Dalam konteks ini, kandidat harus didukung jaringan politik yang kuat.
“Itu yang mungkin kurang dimiliki Emil dibanding Puti. Bahkan mungkin hasilnya akan lain jika Khofifah menggandeng politisi berjaringan kuat di Jatim seperti Pak Ipong (Bupati Ponorogo) atau Pak Hasan (anggota DPR RI, bupati Probolinggo dua periode) yang dulu sempat diwacanakan. Karena sekali lagi, milenial ini bicara program dan eksekusi programnya yang menuntut kekuatan jaringan politik, bukan semata-mata bergaya muda,” papar Novri.
Dia melihat, kekuatan ide program menjadi alasan mengapa Gus Ipul-Puti mengungguli Khofifah-Emil di segmen milenial.
“Gus Ipul-Puti beberapa kali menyatakan keseriusannya menggarap startup, ekonomi kreatif, pendidikan gratis, kesiapan berkolaborasi dengan inovator sosial. Berbeda dengan wacana yang dibangun Emil yang sepertinya masih mengawang,” kata Novri.
Secara umum untuk semua segmen, dalam survei Polmark, Gus Ipul-Puti unggul dengan perolehan tingkat elektabilitas sekitar 42,7 persen dibanding Khofifah-Emil 27,2 persen. Sementara pemilih yang belum menentukan mencapai 30,1 persen.
Survei ini dilakukan pada 6-11 Februari 2018 dengan responden sebanyak 1.200 orang. Survei dilakukan dengan metode multistage random sampling dengan margin of error sebesar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. (adk/jpnn)