Suara Nonmuslim Lebih Berpengaruh, Salah Satu Pemicu Radikalisme
jpnn.com, JAKARTA - Direktur Wahid Foundation (WF) Zannuba Ariffah Chafsoh atau biasa dipanggil Yenny Wahid mengungkapkan, radikalisme dan intoleransi bisa ditangkal lewat pendekatan kesejahteraan.
Dari sejumlah riset dan survei WF, salah satu faktor utama penyebab intoleransi dan radikalisme adalah perasaan terganggu serta terampas dari kehidupan sosial, politik atau ekonomi.
"Misalnya ekonomi orang Islam lebih buruk, muslim diperlakukan tidak adil, atau suara non-muslim lebih berpengaruh dibanding umat Islam," kata Yenny dalam diskusi Ramadan bertajuk Peran Media Memerkuat Toleransi di Rumah Pergerakan Gus Dur, Kamis (9/5).
Perhelatan ini sekaligus menandai aktifnya kembali Yenny di lembaga yang didirikannya pada 2004. Sebelumnya dalam masa kampanye, Yenny memutuskan nonaktif sebagai direktur WF karena menjadi tim sukses Jokowi-Ma'ruf.
BACA JUGA: Sebut Jokowi Keturunan PKI, Anak Bos Travel Umrah Dibekuk Polisi
Yenny melanjutkan, dari survei nasional tren toleransi di kalangan perempuan muslim Indonesia 2017, tercatat 14,8 persen responden atau sekitar 24 juta muslim, jika diproyeksikan dengan 164 juta pemilih muslim di tanah air, memiliki perasaan terdeprivasi.
"Jumlah mereka yang netral, artinya antara merasa terdeprivasi atau tidak, lebih banyak lagi sekitar 57,5 persen atau sekitar 94 juta muslim," ucapnya.
Masih dalam laporan sama, penilaian terhadap ekonomi nasional (termasuk terhadap kondisi keagamaan dan penegakan hukum) juga menjadi salah satu faktor paling berpengaruh meningkatkan risiko tindakan radikalisme.