Sukses Cavani Tercoreng Karena Gegabah di Medsos
Pencetak gol terbanyak PSG sepanjang masa itu dibiarkan hengkang dengan status bebas transfer, ketika kontraknya berakhir Juni dan dibiarkan menggantung ketika klub Paris itu mencapai final Liga Champions untuk pertama kalinya Agustus silam.
Dia memanjakan dirinya di kampung halamannya di Uruguay, sampai United memanggilnya pada hari-hari terakhir jendela transfer Oktober dengan kesepakatan senilai 210.000 pound atau Rp 3,9 miliar per pekan.
Tujuh bulan absen dari lapangan rumput membuat Cavani membutuhkan waktu untuk bermain bagus bagi Manchester.
Sampai kemudian dampaknya terasa sekali saat melawan Southampton.
Dalam laga ini dia memamerkan naluri predatornya di dalam kotak penalti lawan, sehingga membuat pasukan Ole Gunnar Solskjaer terlihat mengerikan di depan gawang.
"Edinson sudah sangat berpengalaman dan telah mencetak begitu banyak gol dan bermain sepak bola begitu lama. Dia sering berada di antara posisi-posisi itu, dia sudah menyaksikan pertandingan ini sebelumnya, dia telah mencetak gol seperti itu sebelumnya," kata Solksjaer seperti dikutip AFP.
"Memiliki titik api kotak penalti adalah penting bagi kami, kami belum benar-benar memilikinya sejak Romelu (Lukaku) pergi. Anthony (Martial), Marcus (Rashford), Mason (Greenwood), adalah tipe penyerang yang berbeda. Dia memberi kami keseimbangan dan perpaduan yang hebat. Kami ingin menggabungkannya dan Edinson memiliki pengaruh besar," sambung Solksjaer.
Cavani hanya sekali diturunkan sebagai starter selama ditangani Solskjaer saat mengalahkan Istanbul Basaksehir 4-1 pekan lalu.