Sultan Husain Alting Sjah: Pilkada, Pertaruhan Terakhir untuk Selamatkan Harkat dan Martabat Rakyat
Selain menjadi simbol sejarah, prinsip ini juga menjadi pedoman hidup yang menegaskan bahwa harkat dan martabat rakyat Maluku Utara tidak bisa digadaikan dengan sesuatu yang murahan layaknya uang. Kehormatan kita terlalu tinggi untuk dijual murah dan terlalu berharga untuk dirusak oleh kepentingan sesaat.
Sultan Husain menegaskan bahwa hubungan antara pemimpin dan rakyat bukanlah sekadar hubungan formal.
Rakyat menyerahkan urusan keamanan dan kesejahteraan kepada seorang pemimpin, bukan karena paksaan, apalagi karena iming-iming materi.
Mereka melakukannya karena keyakinan mendalam terhadap seorang pemimpin yang telah bersumpah untuk menjaga negeri ini dengan jiwa raganya.
“Sebuah prinsip adat yang berbunyi “Jou ngon kadada madofu fangare ngon kala madiki,” menegaskan bahwa hanya seorang jou/ou (pemimpin mulia) yang layak ditaati, sementara rakyat di bawahnya menjadi penopang yang setia. Sejak dahulu kala, hubungan pemimpin dan rakyat Maluku Utara senantiasa didasari oleh kepercayaan dan rasa hormat yang mendalam, bukan didasari oleh transaksi, bukan didasari oleh pemimpin yang berbisnis dengan rakyatnya, bukan didasari oleh mereka yang berani menukar suara rakyat dengan uang, percayalah, jika kita memilih pemimpin seperti itu, maka, rakyat sendirilah yang menanggung deritanya,” ucap Sultan dengan lirih.
Bagi Sultan Husain Alting Sjah, momentum Pilkada bukan ajang menggadaikan kehormatan.
Di tengah kondisi yang sulit, Pilkada menjadi sebuah harapan baru. Ini adalah kesempatan bagi rakyat Maluku Utara untuk kembali menentukan arah negeri mereka. Tetapi Pilkada juga bukan tanpa tantangan. Godaan politik uang, janji-janji palsu, dan kampanye manipulatif adalah realitas yang harus dihadapi bersama.
Setiap amplop yang diterima mungkin terasa seperti rezeki kecil yang datang tiba-tiba, tetapi di balik itu, ada harga yang harus dibayar.