Sumur Tua
Oleh: Dahlan IskanDulu, sumur-sumur minyak bumi itu ditinggalkan begitu saja oleh Belanda. Sebagian lagi justru mereka buntu. Disumbat. Diurug. Dimatikan. Agar jangan jatuh ke musuh Belanda.
Pertamina seperti ogah-ogahan mengurus sumur tua. Dianggap tidak efisien.
Kalau mau diurus harus dibuat standar pengoperasian yang profesional. Itu berarti perlu biaya investasi yang besar.
Terlebih lagi, produksi sumur-sumur tua itu umumnya kecil. Hanya sekitar 15 barrel per hari, bahkan ada yang hanya lima barel.
Kalau diurus secara perusahaan -apalagi kalau perusahaannya sebesar Pertamina -hanya merepotkan.
Akan tetapi bagi rakyat, 15 barel itu banyak. Maka banyak yang diam-diam memanfaatkannya.
Puluhan tahun pemerintah mundur-maju dalam membuat kebijakan harus diapakan sumur-sumur tua itu.
Sampai kemudian muncullah orang seperti Toha di Muba.