Survei SMRC Soal Elektabilitas Ahok Terus Dikritik
jpnn.com - JAKARTA - Koordinator Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Indonesia Andrian Habibi menilai, seharusnya hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SRMC) yang menyebut 36,6 persen menyatakan dukungan kepada Basuki Tjahaja Purnama, seharusnya tidak dijadikan sebagai bahan pijakan mengukur kekuatan gubernur yang akrab disapa Ahok tersebut dalam pelaksanaan pemilihan Gubernur DKI Jakarta.
Karena persentase 36,6 persen diperoleh hanya dari 646 responden. Selain itu, dari jumlah tersebut juga sebenarnya masih lebih besar masyarakat yang belum menentukan pilihan.
"Pertanyaannya, bagaimana 646 orang bisa menjadi perwakilan dari seluruh rakyat DKI Jakarta. Bila hal ini digunakan sebagai dasar persentasi pemilih, bukankah juga terlalu tinggi menyebutkan angka 36,6 persen," ujar Andrian, Senin (1/8).
Karena itu Andrian menyarankan, KPU ke depan harus lebih tegas terhadap lembaga survei. Jangan hanya berkoar-koar terhadap independensi lembaga pemantau pemilu, namun juga perlu lebih teliti mengamati hasil survei yang dilakukan.
"Lembaga survei harus bisa menyiapkan perangkat pendidikan demokrasi, bila melaksanakan survei. Terlebih saat metode surei dengan cara wawancara yang membuka ruang sosialisasi demokrasi dan politik Indonesia. Jadi bukan sekadar menanyakan siapa yang pantas memimpin Jakarta atau alasan pemilihan," ujar Andrian.
Menurut Andrian, lembaga survei juga perlu melaporkan kegiatan survei kepada penyelenggara pilkada. Demi menjaga demokrasi yang fair dan berkeadilan. "Jangan sampai persoalan angka-angka menjadi berita utama di media massa. Sedangkan lembaga survei memiliki kesempatan mengabdi pada bangsa dan negara dalam membantu lembaga politik atau partai politik yang tidak menjalankan fungsinya untuk melakukan pendidikan politik," ujar Andrian.
Sebelumnya, SMRC melakukan survei dengan menggunakan metode wawancara terhadap 820 responden pada 24-29 Juni lalu. Dari jumlah responden yang dihubungi, hanya 646 responden yang dinyatakan valid dan datanya dianalisis. SMRC merilis 36,6 persen masyarakat memilih Ahok dan 54,4 persen belum menentukan pilihan.
"Ke depan, lembaga survei saya kira juga harus lebih fokus pada 54,4 persen pemilih yang belum menentukan pilihan. Jumlah besar ini memperlihatkan betapa rakyat DKI masih membutuhkan alasan kuat menggunakan hak pilih atau menyiapkan mental dalam menentukan pilihan," ujar Andrian.(gir/jpnn)