Suryadharma Merasa Jadi Korban Ambisi
jpnn.com - JAKARTA - Mantan Menteri Agama Suryadharma Ali yakin kasus dugaan korupsi penyelenggaraan ibadah haji yang disangkakan kepadanya bermotif politis. Dia merasa menjadi korban ambisi politik Ketua KPK nonaktif Abraham Samad.
Hal tersebut disampaikan Suryadharma dalam nota keberatan alias eksepsi yang dibacakannya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Senin (7/9). Menurutnya, penetapan tersangka dirinya oleh KPK pada tanggal 22 Mei 2014 tidak bisa dilepaskan dari situasi politik saat itu.
"Penetapan itu dilakukan pada saat agenda politik sedang padat-padatnya. Pemilu presiden dimulai, saya selaku Ketum PPP merupakan salah satu pendukung Capres Prabowo Subianto," kata Suryadharma.
Dia meyakini penetapan dilakukan atas perintah Abraham untuk menjatuhkan citra Prabowo Subianto. Alasannya, menurut Suryadharma, ketika itu Abraham Samad ngebet ingin berpasangan dengan calon presiden Joko Widodo.
"Saya menduga keras adanya motif politis yang sangat kuat, penetapan saya sebagai tersangka karena menjadi investasi politik buat Samad agar dipilih menjadi cawapres Jokowi," tegasnya.
Dia juga menyinggung pernyataan anggota Wantimpres Suharso Manoarfa dalam acara Rakernas II PPP tanggal 8 Februari 2014. Ketika itu Suharso yang masih menjabat sebagai wakil ketua PPP sudah menyampaikan bahwa Suryadhrama akan ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.
Suryadharma melihat pernyataan itu merupakan indikasi kuat adanya motif politis. Pasalnya, Suharso merupakan salah seorang yang berusaha menggulingkan dirinya dari kursi piminan PPP ketika itu. Belakangan dia pula lah yang membawa PPP menyebrang ke kubu Joko Widodo.
"Mengapa Suharso Manoarfa yang bukan pegawai KPK, sudah tahu pada tiga setengah bulan sebelum pengumuman saya tersangka," pungkasnya. (dil/jpnn)