Suu Kyi tak Pantas Terima Nobel Perdamaian
jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengatakan pembantaian etnis Rohingya yang sudah bertahun-tahun sangat memprihatinkan. Karena itu, dia menilai pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi tidak pantas menerima nobel perdamaian.
Dia menjelaskan, memang nobel adalah sebuah hadiah politik. Sebenarnya, kata dia, tidak ada kaitan nobel itu dengan seseorang bisa menjaga terus nobility-nya. Tetapi, kata Fadli, tindakan Suu Kyi tidak menunjukkan bahwa dia adalah orang yang bisa mencegah terjadinya kekerasan dan pembantaian di wilayahnya sendiri.
Lalu, sambung Fadli, bagaimana dia mau ikut dalam perdamaian dunia kalau di wilayahnya sendiri Suu Kyi secara de facto berkuasa, tapi tidak mampu melakukan itu.
"Jadi sebenarnya tidak pantas dia menyandang sebagai orang yang menerima hadiah nobel di bidang perdamaian," kata Fadli.
Menurut Fadli, kekerasan dan pembantaian Rohingya bukan yang pertama kali. Dia menegaskan, proses kekerasan dan pembantaian yang terjadi pada etnis Rohingya ini sudah terjadi bertahun-tahun.
"Saya kira ini persis apa yang terjadi dengan genosida yang ada di negara-negara lain, seperti di Balkan pada waktu itu," katanya.
Fadli menambahkan, karena ini termasuk di wilayah regional Asia Tenggara maka sudah seharusnya indonesia yang merupakan leader di Asen, bisa mengambil langkah-langkah yang lebih nyata dan jitu.
Fadli pun mengkritik pemerintah karena lambat dalam memberikan suatu pernyataan. Kemudian, bantuan-bantuan juga relatif masih normatif. Indonesia belum menunjukan gesture sebagai negara besar di kawasan Asia Tenggara. Termasuk juga negara muslim terbesar, tidak hanya di kawasan Asia tenggara tapi juga di dunia.