Syngenta Dukung Pertanian Berkelanjutan di Indonesia
Hal ini menunjukkan bahwa justru setelah adanya perubahan kepemilikan,Syngenta menjadi semakin agresif berinvestasi. Untuk lima tahun ke depan, akan lebih banyak investasi akan kami lakukan,” ujar Erik yang menjadi CEO Syngenta sejak Juni 2016.
Di Indonesia, aktivitas bisnis Syngenta saat ini didukung satu pusat riset dan pengembangan berskala internasional terletak di i Cikampek, Jawa Barat; satu pabrik perlindungan tanaman di Bogor, Jawa Barat; dan satu pabrik pengolahan benih di Pasuruan, Jawa Timur, dengan total investasi 27 juta dolar AS.
Di pasar pertanian, salah satu produk Syngenta paling populer yakni benih Jagung Hibrida NK Perkasa dan berbagai produk perlindungan tanaman. Hadir di Indonesia sejak 1960-an, salah satu produk terbaru Syngenta yakni herbisida Apiro yang diluncurkan ke pasar April lalu.
Digitalisasi Pertanian
Perubahan kepemilikan meningkatkan anggaran tahunan riset Syngenta. Untuk tahun 2018 ini, Syngenta menganggarkan biaya riset hingga 1.3 miliar dolar AS secara global, dengan fokus program digitalisasi pertanian.
Menurut Erik, teknologi digital pertanian kini telah mulai berkembang di Amerika Serikat. Dimulai dari traktor yang dilengkapi dengan sistem digital, sehingga bisa mengetahui berapa jumlah tanaman yang harus ditanam pada suatu lahan, kondisi tanahnya seperti apa, berapa pupuk yang akan digunakan, bahkan bisa mengetahui tren preferensi konsumen sehingga petani dapat memproduksi produk-produk pertanian yang disukai pasar.
Banyak juga mesin-mesin pertanian telah dilengkapi dengan citra foto satelit, sehingga bisa memprediksi iklim, kondisi tanah, cuaca, dengan akurasi dan presisi tinggi.
“Kami juga sedang mengembangkan pemanfaatan drone untuk pertanian. Dengan drone diterbangkan di atas lahan pertanian, kita bisa melihat kondisi tanaman, serangan hama dan penyakit tanaman, kebutuhan nutrisi tanaman, dan lain-lain. Juga e-commerce produk pertanian,” ujar Erik Fyrwald.