Syria Sudah Remuk, Selevel Perang Dunia I
Kini Barat dan Arab berusaha menguasai Syria hanya demi mengungguli pengaruh Iran dan Rusia di kawasan Timur Tengah. Karena itu, jumlah korban dan krisis kemanusiaan di Syria tidak lagi menjadi perhatian mereka.
Kesibukan Barat dan Arab menumbangkan pengaruh Iran dan Rusia membuat Syria kian terabaikan. Rakyat sipil yang kian terpuruk dan tidak kunjung berubahnya peta politik dalam pemerintahan menjadi semacam undangan bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Salah satu di antaranya, militan Negara Islam alias Islamic State (IS) yang juga dikenal dengan akronim lamanya, ISIS atau ISIL.
Kehadiran ISIS pun, mau tidak mau, mengubah prioritas masyarakat internasional. Sebab, secara kasat mata, kelompok radikal yang lahir dari sempalan militan Al Qaeda itulah kini menjadi musuh bersama di Syria.
Karena itu, lenyaplah pemahaman bahwa Assad adalah ancaman yang harus segera dilengserkan. Dengan demikian, sementara dan bisa jadi selamanya rakyat Syria harus bertahan di bawah rezim Assad.
’’Barat punya peranan yang cukup besar dalam menciptakan monster yang kini mereka perangi bersama. Sebab, mereka telah mengingkari revolusi sipil Syria dan membiarkan rezim (Assad) tetap berkuasa,’’ terang Jean-Pierre Filiu, mantan diplomat sekaligus pakar gerakan jihad radikal sebagaimana dilansir The Guardian.
Untuk lebih memahami Syria, dia bahkan sempat melawat ke negeri yang tercabik perang itu.
Dosen senior pada London School of Economics itu mengatakan bahwa Barat telah menyia-nyiakan kesempatan mereka di Syria. Presiden Barack Obama, misalnya. Kebijakan Washington melancarkan serangan udara ke Syria pada Agustus 2013 tidak berkontribusi apa pun selain memorakporandakan negeri tersebut. Pada awal 2014, Barat juga tidak bisa memanfaatkan momentum terusirnya ISIS dari Aleppo.