Tahu Hantu Khas Daerah sampai Pocong Hantu Nasional
Broky menjelaskan, hantu tersebut berangkat dari budaya takut di setiap daerah. Misal saja, kuntilanak. Itu hanya cermin rasa takut masyarakat terhadap sosok perempuan berambut panjang dan berbaju putih.
Berhasil menyensus hantu Nusantara, Broky bersama kedua temannya kembali melakukan sensus hantu. Selang 10 bulan dari 101 Hantu Nusantara, mereka mengadakan sensus untuk hantu dunia. Mereka juga menghimpun 101 hantu. Lagi-lagi mereka mengemasnya ke dalam sebuah komik bergenre humor. Yakni, 101 Hantu Dunia.
”Karena kedua komik itu, saya jadi seperti sekarang,” kata Broky dengan senyum mengembang. Baginya, menjadi komikus tidak hanya menimbulkan kesenangan sendiri, melainkan dapat menciptakan media untuk berbagi kesenangan. ”Kalau komik humor, sekali baca kan langsung ketawa. Ibadah juga,” imbuhnya.
Komik Broky bersama kedua temannya terbilang berhasil. Bagaimana tidak, komik itu laris di pasaran. Sekarang tidak dapat ditemukan lagi cetakan pertamanya. Melainkan, sudah cetakan ke-5. Dia juga mengaku, sebagian penghasilannya diperoleh dari komik-komik karyanya.
Bukan hanya 101 Hantu Nusantara dan 101 Hantu Dunia komik karya Broky. Sebelumnya, dia membuat dua komik lain. Yakni, Cintaku Tertambat di Facebook dan Gilanya Bola.
Keberhasilannya dalam membuat komik, ternyata, membuat hatinya terketuk. Tidak ingin keberhasilan hanya dirasakan olehnya, pria kelahiran 18 Juni 1984 itu berkeinginan keras mengajak orang lain untuk turut terjun di dunianya.
Alhasil, pada Juni 2013, dia resmi membuat sekolah terbuka seni. Salah satu kesenian yang diajarkan adalah seni membuat komik.
”Untuk saat ini baru ada seni musik dan seni rupa,’’ sebutnya. Di sekolah seni terbuka itu bukan hanya Broky yang berkecimpung. Ada dua temannya lagi yang turut membantu. Yakni, Danang D.K. dan Endy Lukito. ”Dulu kami teman kuliah,” imbuhnya.