Tahun 2022: Kick Off Kebangkitan Alam untuk Indonesia Raya dan Dunia
Oleh: Komarudin Watubun, SH, MH, (anggota DPR RI 2019-2024)jpnn.com - Tahun 2022 adalah momentum kick off Kebangkitan Alam agar sehat-lestari ekosistem Negara Kesatuan RI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta merajut kelahiran tata-dunia baru yang sehat-lestari, damai dan adil.
Tata-dunia baru sejak awal abad 21 mesti mulai dibangun dari sehat-lestari ekosistem—biosfer, atmosfer, lithosfer, dan hidrosfer.
Prof. Soepomo, Ketua Tim Kecil perumus Undang-Undang Dasar (UUD) Indonesia merdeka, menitip pesan: “Setiap upaya membangun suatu Negara ialah berkenaan dengan sesuatu yang bernyawa, memiliki jiwa, dan raga!” (Risalah Sidang BPUPKI, Setneg RI, 1992).
Unsur inti tiap negara ialah Rakyat dan Bumi (tanah-air) di bawah kakinya. Sebagai Bangsa merdeka, yang memiliki hak merdeka dan berdaulat, Rakyat membentuk suatu Pemerintahan dan hukum. Maka Ir. Soekarno dalam Rapat BPUPKI 1 Juni 1945 di Jakarta, menegaskan bahwa “Jangan pernah pisahkan Rakyat dengan Bumi di bawah kakinya!” Itulah roh Negara-Bangsa Indonesia merdeka. (Risalah Sidang BPUPKI, Setneg, 1992).
Filosofi dasar (geistlichen hintergrund) melihat dan mengakui nyawa, jiwa, dan raga Negara-Bangsa tersebut di atas, tentu saja layak, valid, tepat-waktu, dan akurat untuk membaca tanda-tanda alam, peristiwa, dan tragedi Covid-19 tahun 2021 atau tahun-tahun silam guna melihat dan berjuang tahun 2022 dan masa depan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara NKRI berdasarkan Pancasila serta kelahiran tata-dunia baru yang damai, adil, dan sehat-lestari atau layak-huni.
Mengapa Tahun 2022?
Tahun 2022 akan menjadi suatu ‘moment of truth’ atau momen kebenaran dengan kelahiran Kebangkitan Alam pada tingkat negara dan tata-dunia. Kita baca beberapa tanda-nya hingga tahun 2021.
Pertama, sejak 1979 atau selama 40 tahun, lonjakan kehilangan massa es Antartika, meningkat luar biasa. Es kutub cair-raib itu memicu kenaikan level permukaan laut di seluruh dunia sekitar lebih dari setengah inci per tahun selama kurun waktu 1979-2017. Tahun 1979-1990, Antartika kehilangan 40 gigaton (40 miliar ton) massa es per tahun. Tahun 2009-2017, Antartika kehilangan 252 gigaton massa es per tahun.