Tahun Depan Indonesia akan Pasang Alat Pendeteksi Tsunami Baru
Peringatan Natal berlangsung khidmat di sebuah gereja di Pantai Carita, Pandeglang yang porak poranda diterjang tsunami yang telah menewaskan lebih dari 400 orang. Banyak jemaat gereja di daerah tersebut telah mengungsi karena takut akan bencana lebih lanjut.
Alih-alih mengadakan perayaan dan bertukar hadiah, Pastor Rusman Anita Sitorus yang memimpin ibadah misa di gerejanya yang kecil meneteskan air mata.
"Kami berencana mengadakan perayaan Natal setiap tahun, tetapi tahun ini berbeda karena tsunami," kata Sitorus, ketika pengunjung gereja menyalakan lilin dan menangis sambil berdoa.
Bencana yang melanda selama musim Natal ini telah membangkitkan kenangan akan tsunami Samudra Hindia yang dipicu oleh gempa bumi pada tanggal 26 Desember 2004, yang menewaskan 226.000 orang di 14 negara, termasuk lebih dari 120.000 di Indonesia.
Awan abu tebal terus menyembur dari kawah gunung Anak Krakatau yang terletak tidak jauh dari gereja itu, sebuah pulau vulkanik di mana kawah runtuh pada hari Sabtu (22/12/2018) lalu mengirim gelombang tsunami ke daerah pantai di kedua sisi Selat Sunda antara pulau Sumatera dan Jawa.
Setidaknya 429 orang tewas dan lebih dari 1.400 orang terluka, dan 154 orang masih hilang.
Alarm tsunami baru
Berbicara kepada BBC Indonesia, juru bicara pemerintah, Iyan Turyana mengatakan layanan peringatan baru akan menjelaskan pemicu tsunami lainnya yang tidak dikaitkan pada aktivitas gempa, dengan pemasangan pelampung baru akan dimulai tahun depan.
Namun, tidak ada rincian yang diberikan tentang bagaimana tepatnya sistem ini akan bekerja dalam praktiknya nanti.