Tak Ada Korban WNI dalam Gempa di Tanah Leluhur
jpnn.com - BEIJING - Gempa dahsyat yang melanda Provinsi Yunnan, Tiongkok, mendapat perhatian khusus dari warga negara Indonesia (WNI). Sebab, selain menurut ilmu sejarah Yunnan disebut-sebut sebagai salah satu asal nenek moyang Indonesia, banyak warga Tionghoa yang memiliki leluhur di provinsi di barat daya Tiongkok tersebut.
Hingga kemarin (4/8) tercatat 398 orang dinyatakan tewas oleh lindu berkekuatan 6,5 skala Richter pada Minggu (3/8) tersebut. Jumlah korban tewas diperkirakan terus bertambah karena masih banyak yang belum terjangkau tim penyelamat
Kepala Bidang Penerangan Sosial dan Budaya (Pensosbud) KBRI Beijing Santo Darmosumarto mengatakan, hingga saat ini belum ada informasi mengenai WNI yang menjadi korban tewas atau luka oleh gempa di Yunnan.
Menurut Santo, lokasi terjadinya gempa merupakan area pertanian dan pertambangan sehingga kecil kemungkinan ada warga asing atau WNI yang bermukim di sana.
Walau begitu, Santo mengaku tidak ingin terlalu cepat mengambil kesimpulan. "Kami tetap melakukan verifikasi dan mengontak pemerintah Tiongkok untuk memperoleh informasi soal kemungkinan adanya WNI yang jadi korban dalam insiden ini," ujarnya.
Dia menjelaskan, lokasi gempa tidak mudah dijangkau. Dari Beijing menuju ibu kota Provinsi Yunnan, Kunming, dibutuhkan waktu tiga jam naik pesawat dan empat jam perjalanan menggunakan kendaraan untuk tiba di kabupaten yang jadi lokasi gempa.
"Karena lokasinya yang begitu jauh, getaran gempa tidak terasa hingga ke Beijing. Mungkin getaran gempa dirasakan mereka yang bermukim di daerah Sichuan. Kami juga sudah menanyakan kepada mahasiswa yang tinggal di provinsi dekat dengan lokasi gempa. Mereka mengaku tidak merasakan getaran gempa itu," papar Santo.
Namun, lanjut Santo, pihak KBRI Beijing terus memonitor melalui berbagai cara. Di antaranya adalah memantau pemberitaan yang diterbitkan media nasional di Tiongkok atau jalur media sosial dengan para pelajar Indonesia dan pemerintah Tiongkok.