Tak Ada Titik Balik Lagi, Go Digital!
Di sektor digital marketing inilah, kata Arief, Indonesia bisa unggul dan menjadi juara dunia. “Saya sudah berkunjung ke Angkasa Pura II di Soekarno Hatta. Saya sampaikan, kalau mengejar ketinggalan dengan membangun fisik atau physical infrastructure, itu membutuhkan waktu yang lama. Untuk quick win, bisa membangun non-fisiknya dulu, yang akan berpengaruh terhadap performance perusahaan,” jelas dia.
Pertama, dia mengusulkan bandara mulai beroperasi 24 jam. Itu sudah bisa dibuktikan di Bandara Sam Ratulangi, Manado, yang sudah bisa untuk mengantisipasi penerbangan dari Tiongkok.
Kedua, implementasikan teknologi informasi (TI) untuk membantu mengatur semua sistem di bandara. Penggunaan TI akan menjamin lebih detail dan disiplin.
“Ketiga, soal regulasi. Perbaiki semua regulasi yang menjerat diri sendiri, lakukan deregulasi. Dengan tiga hal itu saja saya yakin revenue Angkasa Pura II akan naik 50 persen,” ungkap Arief.
Dia menyebut bandara termasuk first impression bagi wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke tanah air. Selain melihat petugas imigrasi, mereka juga melihat bandara dengan segala pengaturan, fasilitas dan kebersihannya.
“Karena itu pergunakan IT, sentuhan teknologi digital untuk menyelesaikan pekerjaan yang tidak mudah menjadi sangat simpel. Kalau tidak menggunakan digital, kita sama-sama strees. Digital membuat kita tidak strees,” katanya.
Karenanya, penyelenggaran Rakornas Pariwisata yang diikuti sekitar 500 peserta dari kalangan akademisi, pelaku usaha, komunitas, pemerintah, dan media itu dalam upaya untuk mensinergikan seluruh kekuatan kepariwisataan nasional dan Pentahelix; menerapkan unusual ways, hasil yang luar biasa hanya bisa didapatkan dengan cara yang tidak biasa; dan menerapkan semangat spirit always the best atau selalu yang terbaik.
Karena itu, menurut Menpar Arief Yahya, sudah tidak ada titik balik (no return point), tidak ada pilihan lain kecuali: Go Digital!(adv/jpnn)