Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Tak Diawasi, Malah jadi Alat Intimidasi Petugas

Rabu, 11 November 2009 – 04:05 WIB
Tak Diawasi, Malah jadi Alat Intimidasi Petugas - JPNN.COM
AHLI - Reza Indragiri Amriel MCrim (Forpsych), Ketua Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara dan pengajar PTIK yang menekuni ilmu psikologi forensik termasuk pemeriksa kebohongan. Foto: Ridlwan/Jawa Pos.
Karena itu, di negara-negara maju, sebagian aktivis psikologi forensik justru mendirikan komunitas anti-polygraph. "Di Amerika misalnya, mereka mengkritik soal interogasi terhadap tersangka terorisme yang dipaksakan tanpa pengawasan," ungkapnya.

Penggunaan polygraph juga sangat bergantung pada subjektivitas pemeriksa. "Apalagi jika subjek yang diperiksa berada dalam ancaman. Misalnya, ruangan yang tidak nyaman atau pemeriksaan malam hingga dini hari. Akibatnya, tubuh lelah, otomatis data fisiologis juga berubah. Mau jujur pun, kondisi tubuhnya berubah," tuturnya.

Tingkat kesalahan mesin itu, kata Reza, dibagi dua jenis. Yang pertama adalah false negatif. Yakni, orang yang tidak bersalah diperiksa polygraph, dia gagal atau divonis bohong. Kedua, false positif. Yakni, orang yang bersalah diperiksa polygraph, dia berhasil mengelabui atau divonis jujur.

"Tingkat false negatif 40-50 persen, sedangkan false positif 10-20 persen. Itu berarti lebih banyak orang jujur yang divonis bohong oleh mesin itu," tegasnya.

Lie detector (alat pendeteksi kebohongan) sempat disinggung Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri di depan Komisi III DPR ketika menjelaskan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close