Tak Pernah Bolos Kuliah, Raih Nilai A pada Mata Kuliah Statistik
Secara kumulatif, ujar Wiranto, kepemimpinan eksekutif dan legislatif pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota yang memiliki otoritas menentukan kebijakan-kebijakan,sesuai dengan tugas dan tanggungjawab di level masing-masing, akan berpengaruh terhadap perubahan kondisi nasional.
"Dengan kata lain, perubahan kondisi nasional mau tidak mau harus melalui kebijakan-kebijakan para pemimpin tersebut. Selanjutnya, melalui proses kausal, suatu kebijakan itu akan dipengaruhi oleh kompetensi, seleksi, dan rekrutmen," kata Wiranto.
Suami Rugaiya Usman itu menyusun disertasinya menggunakan instrument penelitian yang sudah diuji keabsahannya dan dikirimkan ke 25 provinsi di Indonesia yang melibatkan 50 kota atau kabupaten. Ada 550 responden yang berpartisipasi dan datanya diproses, sebelum dilaporkan dalam ujian tertutup yang telah dilaksanakan sebulan lalu.
Ditegaskan Wiranto, dari penelitian yang dia lakukan diketahui bahwa perubahan kondisi nasional dapat diwujudkan dan hanya akan hadir apabila kebijakan para pemimpin pemerintahan memiliki bobot sebagai pemimpin perubahan dan sebagai pendobrak.
Dia juga mengungkap sejumlah solusi untuk menghasilkan kepemimpinan nasional yang berkualitas, yakni partai politik harus meninggalkan cara lama dan sarat kesalahan dalam proses rekrutmen. Syaratnya, rekrutmen tersebut harus mengacu pada konsep selektivitas dan benar-benar berbasis kompetensi.
Disertasi yang dirampungkan Wiranto dalam waktu lebih kurang satu tahun itu juga dicetak dalam bentuk buku. Namun judulnya sedikit dipoles dari judul desertasi menjadi "Perubahan, Mungkinkah? Mengharapkan Hadirnya Pemimpin Pendobrak Kemandekan".
Diakuinya buku itu belum sempurna karena pendekatan yang dilakukan masih sebatas bidang studi yang didalaminya, yakni Human Resources Management. Namun dia berharap buku itu bisa memberikan referensi tambahan kepada pembaca tentang bagaimana rakyat Indonesia menilai pencapaian pembangunan selama ini.
Sidang doktoral Wiranto di Gedung IDB II UNJ, juga hadir para mantan pejabat negara dan tokoh nasional, seperti Try Sutrisno, Akbar Tanjung, Jusuf Kalla, Hary Tanoesoedibjo, Akbar Tanjung, Irman Gusman, Kwik Kian Gie, Hamzah Haz, Purnomo Yusgiantoro, dan tokoh lainnya.