Tak Terimbas Pandemi Corona, Sektor Sawit Selamatkan Nasib 25 Juta Pekerja
"Waktu orang ramai-ramai pakai masker, coba lihat praktek di perkebunan sawit, mereka bekerja sendirian di ladang, di sana hanya ditemani oleh alat, mereka tidak bersentuhan dengan banyak orang, karena dia di pekebunan. Jadi secara tidak langsung mereka sudah menerapkan protokol kesehatan itu sendiri sejak dulu. Kalaupun ada dampak (pandemi corona-red), itu kecil," serunya.
Hal senada juga disampaikan oleh Guru Besar IPB Prof Yanto Santosa. Dia menuturkan bahwa operasional di kebun sawit sejauh ini masih berjalan normal di tengah pandemi corona.
"Kegiatan operasional di kebun sawit itu berjalan normal, pengiriman juga berangsur normal," seru Prof Yanto.
Begitupun dengan pekerja yang beraktivitas di kantor. Mereka untuk sementara waktu di larang pergi ke ladang selama pandemi corona, begitupun dengan pekerja yang di lapangan.
"Teman-teman yang bekerja di kebun enggak boleh keluar dari kebun dulu, jadi aktivitas mereka ya di sana saja, begitupun dengan yang di kantor, enggak boleh dulu di kebun. Produksi juga masih berlanjut," jelas Prof Yanto.
Dari dampak pandemi corona ini, setidaknya masih ada sekitar 25 juta nasib buruh yang tidak terkena PHK massal oleh perusahaan. Produksi sawit secara langsung juga turut membantu pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
"Sudah terbukti bahwa sawit menjanjikan pekerjaan yang layak bagi buruhnya, ini bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi kita. Betapa besar jumlah tenaga kerja dari sektor sawit ini. Bayangkan kalau sawit ini diganti dengan komoditas yang lain, maka akan sangat besar hilangnya pekerjaan. Mari sama-sama kita menangkal kampanye hitam tentang sawit," ajak Rusman.(chi/jpnn)