Tak Terpengaruh Bom-Politik
Usai memberi kuliah umum, Hatta menyerahkan dana bantuan senilai Rp 100 juta untuk pembangunan gedung F kampus UMSU. Selanjutnya, dia meletakkan batu pertama pembangunan rumah PAN. Pada malam harinya, Hatta menghadiri Rakerkornas Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) di Hotel Polonia Medan. Sebagai negara demokrasi, Hatta mencontohkan kegaduhan politik sering terjadi di Indonesia.
Tetapi pertumbuhan ekonomi terus tinggi. Gangguan keamanan seperti bom juga beberapa kali terjadi, tapi tidak sampai mengganggu perekonomian. Jaringan teroris malah semakin melemah. “Masyarakat kita semakin dewasa dalam berdemokrasi, sehingga kegaduhan politik tidak mempengaruhi ekonomi. Aparat keamanan selama ini efektif memberantas jaringan teroris,” jelas Hatta. Pria kelahiran Palembang ini juga optimis perekonomian Indonesia kebal terhadap krisis global.
Dunia saat ini mengalami ketidakpastian perekonomian akibat krisis keuangan Eropa dan Amerika Serikat. Perekonomian Jepang mengalami kontraksi pasca bencana tsunami. Tiongkok mengalami inflasi 6,2 persen, suku bunga dinaikan, sektor manufaktur menurun yang berakibat pertumbuhan melambat. “Di tengah ketidakpastian perekonomian global itu, Indonesia justru tumbuh makin cepat,” ujar Hatta.
Realisasi investasi meningkat, ekspor tumbuh tertinggi dalam sejarah, yaitu mencapai US$ 157 miliar pada 2010 dan diperkirakan meningkat menjadi US$ 180 miliar pada 2011. Meski ekspor meningkat, tapi rasio terhadap PDB mengecil dari 30 persen menjadi 26 persen. Itu artinya, ketergantungan terhadap global menurun. “Inilah saatnya kita mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional agar target Indonesia menjadi negara maju 2025 tercapai,” jelas Hatta.
Saat ini pendapatan per kapita penduduk Indonesia US$ 3500, akan ditingkatkan menjadi US$ 5000 pada 2014 dan menjadi US$ 16.000 pada 2025, dan menjadi urutan ke 12 terbesar di dunia. “Kalau kita melakukan business as usual tidak mungkin target itu tercapai. Karena pada 2025, pendapatan perkapita Indonesia hanya US$ 6000. Di sinilah pentingnya akselerasi perekonomian nasional melalui MP3EI,” jelas Hatta.
Hatta juga meminta kalangan kampus berperan aktif dalam MP3EI melalui pengembangan IPTEK. Karena untuk menjadi negara maju dibutuhkan penguasaan ilmu dan teknologi. Di bidang usaha, kampus diharapkan melahirkan banyak wirausaha. Dalam rangka menciptakan wirausaha itu, Kementerian Koordinator Perekonomian akan berkerjasama dengan UMSU menggelar pelatihan kewirausahaan bagi mahasiswa. Mereka juga akan diajarkan praktek berwirausaha dengan diberikan modal melalui berbagai program pinjaman dari pemerintah.
“Tujuannya untuk menciptakan lulusan kampus yang bukan pencari kerja, melainkan pencipta lapangan kerja,” ujar Hatta.
Menurutnya, jumlah wirausaha di Indonesia baru berjumlah 0,14 persen dari total penduduk. Padahal untuk menjadi negara maju, dibutuhkan minimal tujuh persen wirausaha dari total penduduk. (dri)