Tanah Papua Dalam Pusaran Kongres dan MPA PMKRI
jpnn.com - Oleh Hironimus Hilapok
Ketua Presidium DPC Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Jayapura Periode 2001-2003
Tentang Kongres dan MPA PMKRI
Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) yang pada tanggal 25 Mei 2018 ini akan genap berusia 71 tahun, dalam perjalanannya telah melahirkan banyak tokoh yang ikut terlibat dalam membangun bangsa ini, baik di tingkat nasional maupun di tingkat regional (Cabang). Mengacu dari sejarah PMKRI, oragnisasi ini lahir dari hasil fusi beberapa organisasi seperti Katholieke Studenten Vereninging (KSV) dan Perserikatan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia Yogyakarta yang hadir dalam kongres I PMKRI yang dilaksanakan pada tanggal 9-11 Juni 1950 di Yogyakarta.
Berlanjut dari kongres I itulah maka pada tanggal 22-28 Januari 2018 yang lalu telah berlangsung Kongres Nasional XXIX dan Sidang MPA XXX di Palembang, Sumatera Selatan dan mencatat sejarah pertama kali seorang Presiden hadir dan membuka acara kongres dan Sidang MPA PMKRI.
Selama perjalanan Pengurus Pusat (PP) PMKRI, baru awal tahun 2000-an, ada perwakilan mahasiswa se-Tanah Papua dalam PP PMKRI. Setelah itu setiap kepengurusan selanjutnya mulai dipertimbangkan ada perwakilan mahasiswa se-Tanah Papua di dalam kepengurusan PP PMKRI.
Situasi itu tercipta juga dipengaruhi oleh meningkatnya aktifitas mahasiwa katolik di kampus seperti Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) maupun di luar kampus seperti PMKRI di seluruh Tanah Papua. PMKRI yang saat itu sudah ada seperti PMKRI Cabang Sorong, Fak-Fak, Manokwari, Nabire, Merauke dan Jayapura.
Sejalan dengan itu, baru pada tahun 2006 Kongres Nasional XXV dan Sidang MPA XXIV PMKRI dilaksanakan di Jayapura melalui putusan Kongres dan MPA tahun 2004 di Manado.