Tanjidor, Sampah dan Menara Gading
Jumat, 22 Mei 2009 – 21:45 WIB
Tanjidor kerap dipanggil untuk acara hajatan sunatan, kawinan atau mengarak penganten. Mengundang tanjidor harus membayar Rp 5 juta, malah bisa Rp 10 juta jika lengkap dengan gambang kromong. Dahulu, tanjidor bemain dari kampung ke kampung hingga ke luar daerah, dan baru pulang sesudah sebulan pertunjukan keliling.
Musik tanjidor yang meramu pengaruh musik India dengan wayang kulitnya, Cina dengan gambang kromongnya, Konghayn, Tehayan, Skong dan tanjidor dari Eropa, hingga unsur Arab dengan unsur rebananya, Melayu dengan sabra-nya, maupun Portugis dengan Kroncong-nya, terdengar bagaikan orkestra. Musik akulturatif yang campur-aduk ini bisa digabung dengan dangdutan.