Tantang Hashim Beber Dana Kampanye Jokowi-Ahok
Wasekjen PDIP Anggap Prabowo Bukan Pihak Paling Berjasa di Pilkada DKIjpnn.com - JAKARTA - Pernyataan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo yang merasa dibohongi karena telah mengeluarkan dana Rp 52,3 miliar untuk memenangkan Joko Widodo alias Jokowi pada Pemilu DKI Jakarta 2012 lalu membuat PDI Perjuangan meradang. Pasalnya, partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu menganggap Hashim seolah merasa paling berjasa untuk menjadikan Jokowi sebagai Gubernur DKI.
Menurut Wakil Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, dana untuk memenangkan Jokowi pada Pilkada DKI 2012 silam merupakan hasil gotong royong. “Dana pemenangan Pilgub DKI itu diperoleh secara gotong royong. Seluruh kepala daerah dari PDIP se-Indonesia, seluruh anggota legislatif dan struktural partai termasuk Ibu Megawati bergotong royong untuk Pak Jokowi,” kata Hasto di Jakarta, Selasa (3/6).
Hasto yang kini menjadi juru bicara tim pemenangan Jokowi di pemilu presiden justru menuding Hashim telah melemparkan bumerang. Sebab, mengeluarkan dana Rp 52,3 miliar untuk memenangkan calon di pemilukada jelas menyalahi aturan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. “Jadi sudah semestinya KPU DKI mengusut Pak Hashim karena dugaan pelanggaran aturan dana kampanye,” tandas Hasto.
Lebih lanjut orang dekat Megawati itu menegaskan, justru yang perlu dicermati adalah kemungkinan penggunaan dana itu untuk iklan yang menampilkan Prabowo Subianto selaku calon presiden dari Partai gerindra dengan memanfaatkan momentum Pilkada DKI. Hasto pun bersedia membuka rekening untuk menerima dana kampanye Jokowi-Ahok.
“Kita di Tim Kampanye Jokowi-Ahok saat Pilakda DKI siap buka-bukaan dengan Pak Hashim. Saya yakin Pak Ahok yang juga kader Gerindra bisa menjadi wasit yang baik atas kebenaran dana kampanye itu,” ucap Hasto.
Lebih dari itu Hasto menganggap pernyataan Hashim telah menunjukkan bahwa adik Prabowo itu mengeluarkan uang sebagai investasi politik. Sebab, kata Hasto, dana yang dikeluarkan Hashim ternyata menjadi alat untuk mengontrol Jokowi-Ahok dalam memimpin DKI. Beruntung, lanjut Hashim, ternyata Jokowi tetap bisa menempatkan diri untuk bersikap independen.
“Untunglah Jokowi tetap bebas merdeka karena menyadari bahwa kemenangan Jokowi-Ahok sebagai Gubernur dan Wagub DKI itu adalah hasil dukungan rakyat, bukan karena investasi modal Pak Hashim. Publik juga mencatat bahwa motif Pak Hashim sebenarnya dalam politik sama halnya dengan investasi yang modalnya harus kembali,” tandas Hasto.
Lantas bagaimana dengan klaim Hashim yang menyebut Prabowo sebagai pihak yang paling berjasa dalam membawa Jokowi ke DKI Jakarta? Hasto lagi-lagi menepis klaim itu. Ditegaskannya, bukan Prabowo atau Hashim yang punya andil besar membawa Jokowi yang saat itu masih menjadi Wali Kota Surakarta untuk diusung di Pemilukada DKI.