Tanya Lokasi Pertemuan di Perjalanan, Komunikasi Tiba-Tiba Terputus
Senin, 22 Februari 2010 – 05:43 WIB
Jenazah Lanawati dan Silvia disemayamkan di rumah Lilik Ernawati di Desa Gambiran kemarin. Duka mendalam terus dirasakan Bambang saat para pelayat memberikan ucapan bela sungkawa. Begitu pula dengan Risa, anak pertamanya. Gadis yang bersekolah di SMA Kosgoro, Lawang, Malang, itu tak henti menangis. Apalagi ketika menatap foto yang tergantung di tembok rumah neneknya. Foto itu bergambar ibunya bersama saudara-saudaranya.
"Saya tidak punya firasat apa-apa saat ibu dan adik pergi ke Prigen. Sebab, mereka biasa ke sana. Setiap hari Minggu, Silvia sekolah Minggu di gereja Prigen," kata gadis yang kemarin mengenakan baju warna putih itu. Beberapa kali dia mendekap tubuh saudaranya. Satuhan, sepupu Lanawati, menganggap peristiwa yang merenggut nyawa Lanawati dan Silvia sebagai kehendak Tuhan. Hanya, dia agak menyesal karena kecelakaan itu terjadi hanya sekitar 100 meter dari rumah Lilik Ernawati. Dengan kata lain, Lanawati hampir sampai di rumah ibunya sebelum musibah itu.
Siang kemarin juga datang mobil milik Bamag (Badan Musyawarah Antargereja). Dari mobil itu, dikeluarkan dua peti mati. Satu berukuran kecil dan satu berukuran agak besar. "Peti yang besar untuk Lana dan yang kecil untuk Silvia," kata Satuhan.
Meski peti mati sudah datang, pemakaman belum dilakukan. "Keluarga sepakat bahwa Lana dan Silvia dimakamkan besok (hari ini) di pemakaman umum Kluncing. Sebab, masih ada beberapa keluarga yang akan datang," tutur Satuhan. (diperkaya radar bromo/dwi)