Taufik Hidayat dan Verawaty Fajrin Kritik PBSI
jpnn.com, JAKARTA - Dua legenda bulu tangkis, Taufik Hidayat dan Verawaty Fajrin mengkritik capaian sektor tunggal pelatnas PBSI sepanjang 2017. Torehan prestasi tunggal, khususya putra pelatnas bulu tangkis memang belum sementereng ganda putra. Konsistensi, daya juang dan cedera menjadi momok bagi Jonatan Christie dkk.
Banyak faktor yang menjadi penyebab kondisi tersebut, nutrisi, istirahat, hingga keberadaan pelatih juga punya peran sentral. Situasi itu seharusnya juga mendapatkan sorotan dari PP PBSI. "Enggak hanya pelatih teknik, pelatih fisik ahli nutrisi juga butuh dievaluasi. Kalau enggak ya bakal gitu-gitu aja," sebut Taufik.
Peraih emas Olimpiade 2004 Athena berusia 36 tahun itu menilai PP PBSI harus punya keberanian menjalankan evaluasi menyeluruh. Khusus untuk posisi pelatih, Hendry Saputra yang kembali dipercaya menangani sektor tunggal putra pada era kepengurusan Wiranto tak luput dari perhatian Taufik.
Menurutnya, PP PBSI bisa memberikan kesempatan pada pelatih lain untuk menangani sektor tunggal putra. Adapun pelatih Indonesia yang ada di luar negeri pada dasarnya juga siap bila dipanggil PP PBSI. "Kembali lagi ke PBSI, mereka yang lebih paham," sebutnya.
Pandangan yang tak jauh beda diberikan Verawaty Fajrin, pendulang gelar Kejuaraan Dunia 1980. Vera juga sempat menjadi pelatih di pelatnas itu menilai sektor tunggal putri kini dalam masa kritis. Keberadaan Minarti Timur sebagai pelatih Fitriani dkk menjadi sosok yang dia nilai kurang tepat.
Background Minarti yang lebih banyak di ganda campuran menjadi salah satu problem. "Seharusnya PP PBSI juga memberikan kesempatan pada pelatih lainnya, gak kurang kok yang lebih bagus," katanya.
Menanggapi persoalan tersebut, Susy Susanti Kabidbinpres PP PBSI mengaku sudah menjalankan koordinasi. "Untuk perubahan tinggal tunggu tanda tangan Pak Wiranto (Ketum PP PBSI, Red)," sebutnya.
Sebelumnya, Wiranto menyampaikan bahwa kondisi pelatnas saat ini terus menjalani progres. Kritik dia nilai sebagai hal yang wajar. Tetapi untuk mendatangkan pelatih Indonesia yang kini berkiprah di luar negeri belum merupakan hal yang penting saat ini.