Tawarkan Jalan Tengah Antara Hisab dan Rukyat
jpnn.com - SURABAYA - Ramadan baru jatuh pada Juni mendatang. Meski demikian, masalah hisab dan rukyat sudah mulai diperbincangkan.
Kemarin (26/4) ribuan peserta menghadiri workshop astrofotografi atau teknik memotret bulan untuk menentukan awal dan akhir Ramadan, di JX International, Surabaya. Agus Mustofa, penggagas acara, memberikan jalan tengah antara hisab dan rukyat.
Selain Agus, hadir pula pakar astrofotografi dari Prancis Thierry Legault, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, dan Kepala Lab Astronomi Bosscha ITB Mahasena Putra. Ketua Umum PB NU Said Aqil Siradj berhalangan hadir karena sedang sakit. Mendikbud M. Nuh juga ikut hadir untuk membuka acara tersebut.
Din meyakini, jika mengacu pada ilmu pengetahuan, akan ada kebersamaan dalam penentuan hari besar agama Islam. Ada tiga hal yang akan dihasilkan dari kebersamaan itu. Yakni, yang mengikuti hisab akan ikut rukyat, yang mengikuti rukyat akan ikut hisab, dan yang ketiga adalah jalan tengah di antara keduanya.
Jalan tengah itu diharapkan menjadi solusi. “Kami sangat mendukung acara ini,” terang Din. Namun, yang menjadi pertanyaan, kata dia, apakah hasil dari ilmu pengetahuaan itu bisa diterima pemerintah?
Agus mengatakan, solusi yang ditawarkannya adalah metode penyatuan hisab dan rukyat dengan rukyat qabla ghurub (RQG). Yaitu teknik merukyat hilal sebelum waktu magrib tiba.
Dengan cara tersebut, terang dia, pembuktian hadirnya bulan sabit awal Ramadan ataupun Syawal tidak perlu menunggu saat matahari tenggelam alias magrib. Tapi bisa dilakukan pada siang hari ataupun pagi hari. (lum/c9/agm)