Teknologi Tepat Guna TEKAD Bebaskan Ketergantungan Warga dari Pengepul Pakan Ternak
“Kami biasanya mendapatkan pakan babi dari penggepul. Harganya mahal dan tidak selalu ada. Akibatnya ternak kami tidak bisa berkembang secara optimal,” katanya.
Dia mengakui selama ini warga Desa Genamere menerapkan pola berternak tradisional. Mereka memberi makan hewan ternaknya dengan rebusan singkong, talas dan jagung.
Terkadang mereka juga terpaksa memberi makan babi dengan rumput, kacang-kacangan dan buah alakadarnya jika kehabisan pakan.
“Warga tidak pernah mempertimbangkan nilai gizi yang dibutuhkan babi. Yang penting babinya hidup, bisa dijual. Kalo lagi tidak ada talas, singkong dan jagung, kita cari kacang-kacangan yang dicampur dengan rumput. Babi ini kan pemakan segalanya. Semua masuk," tuturnya.
Wakil Ketua KPB Samowara Subastianus Ruso mengungkapkan Program RITD dari TEKAD membuka lembaran baru bagi peternakan babi di Desa Genemare.
Dengan program ini, warga bisa mengelola jagung yang menjadi tanaman utama di wilayah tersebut menjadi pakan ternak.
Saat ini, sudah ada 80 hektare lahan di Desa Genamere yang ditanami jagung, dan proyeksi untuk tahun 2024 mencapai 130 hektare.
“Bantuan Program RITD juga dimanfaatkan membeli hasil panen jagung dari masyarakat setempat dengan harga lebih tinggi, mencapai Rp6.000/Kg. Dengan demikian, ketergantungan pada pengepul akan berkurang, dan masyarakat Genamere dapat mengelola produksi pakan ternak secara mandiri,” katanya.