Tempus Est
Oleh: Dahlan IskanMaka saya ingat-ingat: ada kekecewaan apakah di tahun itu. Rasanya tidak ada. Toh Prananda tidak pernah punya keinginan masuk dalam daftar kabinet baru. Prananda tidak kelihatan punya ambisi politik.
Di PDI Perjuangan pun tidak pernah dipanggungkan. Padahal jabatan dalam partai sangat tinggi: salah satu ketua DPP.
Saya hanya bertemu Prananda satu kali. Di pemakaman Taufiq Kiemas, ayah tirinya.
Prananda, Anda sudah tahu, putra kedua Megawati dari suami pertama: Kapten Penerbang Anumerta Surindro Supjarso.
Di pemakaman itu Prananda berpidato mewakili keluarga. Pakai peci hitam. Saya terkesima. Hampir persis Bung Karno di saat muda. Saya sampai heran saat itu: mengapa "Bung Karno Muda" ini tidak pernah dipromo sebagai putra mahkota Megawati.
Prananda, dengan lagu itu, tampil garang. Serangan kepada Presiden Jokowi tidak hanya lewat programnya, juga lewat lagu seperti itu.
Prananda memang juga seperti Bung Karno: seniman. Khususnya musik. Ia penggemar rock aliran paling keras: deadrock. Jenis lagu seperti Pengkhianat sering juga disebut rock underground.
Di aliran ini, salah satu grup band Indonesia yang populer adalah Deadsquad. Saya juga menggolongkan Erix Soekamti di kelompok ini tetapi ia sendiri menyebut diri "rock saja".