Tengger Deras, Tiga Kecamatan Terendam
jpnn.com - PROBOLINGGO - Hujan lebat yang mengguyur dataran tinggi Tengger Sabtu sore (8/2) membuat lima desa dan kelurahan di kabupaten dan Kota Probolinggo banjir saat malam. Ratusan rumah warga pun digenangi air setinggi hingga 1 meter. Desa dan kelurahan tersebut, antara lain, Kelurahan Kedopok; Kelurahan Kareng Lor; dan Kelurahan Sumberwetan di Kecamatan Kedopok, Kota Probolinggo; serta Desa Dringu/Kecamatan Dringu dan Desa Lemah Kembar, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo.
Banjir di Kecamatan Kedopok terjadi karena luapan air Kali Legundi yang berhulu di dataran tinggi Tengger. Sementara itu, air bah yang melanda Desa/Kecamatan Dringu terjadi karena luapan Kali Kedung Galeng, sedangkan bencana di Desa Lemah Kembar, Kecamatan Sumberasih, terjadi karena luapan Sungai Krasak.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Probolinggo memberikan 140 paket makanan siap saji untuk kepala keluarga yang terdampak banjir di Kelurahan Sumberwetan, Kecamatan Kedopok. Perinciannya, 78 paket untuk warga RT 1/RW 2 dan 62 makanan cepat saji untuk warga RT 2/RW 2. Masyarakat di dua RT tersebut diberi bantuan karena dinilai yang paling parah dibandingkan dengan kelurahan lain di kecamatan yang sama.
Selain itu, sebuah tenda didirikan dini hari kemarin (9/2). Kepala BPBD Kota Probolinggo Amin Fredi menyatakan, tenda didirikan sebagai dapur umum (DU) untuk mengantisipasi terjadinya banjir susulan. Berdasar data yang dihimpun, air Kali Legundi mulai meluap dan masuk ke rumah warga di sisi selatan sekitar pukul 19.00. Meski sempat surut sekitar pukul 20.00, debit air kembali meluap dan baru benar-benar surut sekitar pukul 03.00.
Yono, 55, warga Kelurahan/Kecamatan Kedopok, mengungkapkan bahwa banjir pada Sabtu malam (8/2) merupakan yang terbesar di antara banjir-banjir sebelumnya. Termasuk dari banjir lahar dingin Gunung Bromo pada 2011 dan 2012. Haina, 30, warga Kelurahan Sumberwetan, Kecamatan Kedopok, menyatakan hal serupa. ''Kalau dulu, banjirnya cuma sampai halaman, tidak masuk rumah. Baru kali ini masuk," katanya kepada Jawa Pos Radar Bromo.
Karena itu, dia nekat meninggalkan rumah dan menginap di rumah saudara yang lebih aman. ''Yang di sini (yang jaga rumah, Red) cuma yang laki-laki, suami (Jumat) dan bapak (Siran),'' ucapnya. Haina baru kembali ke rumah saat air mulai surut sekitar pukul 03.00. Bukan hanya Haina, empat tetangganya pun memilih menginap di rumah saudara.
Ketika pagi, BPBD, tim reaksi cepat (TRC), tagana, Yon Zipur, Koramil, pramuka, PMI, dan dinas pekerjaan umum bidang pengairan bekerja bakti di Kelurahan Sumberwetan. Selain membantu warga membersihkan rumah, mereka membersihkan saluran air. (qb/aad/JPNN/c15/ami)