Tentara Assad Bombardir Sekolah dan Rumah Sakit, Brutal
jpnn.com, DAMASKUS - Perjanjian gencatan senjata September lalu itu hanya berlaku di atas kertas. Sejak akhir April, pemerintah Syria dan sekutunya, Rusia, kembali membombardir wilayah oposisi di Idlib. Serangan udara dilakukan tentara Bashar Al Assad hampir setiap hari. Mereka juga menjatuhkan bom tandan di wilayah-wilayah yang dihuni penduduk sipil.
Bom tandan termasuk salah satu senjata yang paling banyak memakan korban. Bom yang dijatuhkan diisi serpihan logam kecil. Begitu meledak, logam-logam tersebut akan beterbangan dengan kekuatan besar ke berbagai penjuru dan melukai banyak orang tanpa pandang bulu. Sejak 30 April hingga awal pekan ini, 834 nyawa melayang.
Jumlah korban jiwa terus bertambah. Dilansir Agence France-Presse, Selasa (28/5) setidaknya 27 orang meninggal. Itu adalah korban jiwa tertinggi sejak Presiden Syria Bashar Al Assad menyerang Idlib.
Salah satu yang diserang adalah rumah sakit di Kota Kafranbel, Idlib. Sebagian besar fasilitas di rumah sakit itu tidak bisa lagi digunakan. PBB pun mengeluarkan kecaman. Mereka meminta Assad menghentikan serangan.
"Tidak bisakah dewan ini mengambil langkah konkret di saat sekolah-sekolah dan rumah sakit menjadi taktik perang yang tidak lagi memicu kemarahan?" tanya Ursula Mueller, asisten Sekjen PBB untuk urusan kemanusiaan di hadapan rapat Dewan Keamanan (DK) PBB.
BACA JUGA: Lebanon Undang Assad, KTT Liga Arab Sepi Peminat
Sayangnya, kecaman itu tidak mengubah apa pun. Rabu (29/5) belasan, bahkan mungkin puluhan, bom kembali dijatuhkan. Sebanyak 13 nyawa penduduk sipil kembali melayang. Tujuh korban meninggal karena serangan udara di Desa Sarja, Idlib, yang dikontrol kelompok Hayat Tahrir al-Sham. Empat lainnya adalah ayah dan tiga anaknya yang tinggal di Desa Bara. Korban sisanya tewas di Kota Hbeit. Oposisi menilai bahwa Assad sengaja menyasar permukiman penduduk. (sha/c6/dos)