Terapi Hormon Menopause Ternyata Tak Terkait Kematian Dini
jpnn.com - Perempuan yang menggunakan terapi sulih hormon (hormone replacement therapy/HRT) untuk mengurangi gejala menopause seperti hot flashes dan berkeringat di malam hari kemungkinan tidak akan mati secara prematur.
Banyak wanita enggan menggunakan hormon untuk gejala menopause sejak tahun 2002, ketika studi Inisiatif Kesehatan Wanita yang didanai pemerintah federal (WHI) mengaitkan perawatan yang mengandung versi hormon estrogen dan progestin buatan manusia dengan peningkatan risiko kanker payudara, serangan jantung dan stroke.
Studi saat ini, bagaimanapun, melihat data jangka panjang dari studi WHI dan tidak menemukan peningkatan risiko kematian dari semua penyebab atau dari masalah kanker atau kardiovaskular pada khususnya, terkait dengan penggunaan hormon.
"Wanita yang mencari pengobatan untuk mengatasi hot flashes, berkeringat di malam hari atau gejala menopause lainnya mungkin akan bisa hidup lebih lama," kata penulis studi, Dr. JoAnn Manson, seperti dilansir laman Lifescript, Minggu (22/10).
Wanita mengalami menopause saat mereka berhenti menstruasi, biasanya antara usia 45 tahun dan 55 tahun.
Seiring ovarium mulai sedikit memproduksi hormon estrogen dan progesteron pada tahun-tahun menjelang menopause dan sesudahnya, wanita bisa mengalami gejala mulai dari periode tidak teratur dan kekeringan daerah kewanitaan hingga perubahan mood dan insomnia.
Untuk penelitian ini, periset melihat data pada 27.347 wanita berusia 50 tahun-79 tahun yang bergabung dalam dua percobaan WHI antara tahun 1993 dan 1998 dan diikuti sampai tahun 2014.
Satu percobaan menguji estrogen saja terhadap plasebo atau pil dummy, sementara percobaan lainnya menguji estrogen yang diambil dalam kombinasi dengan progestin.