Tercatat Sejarah, Dana Abadi Rp 5 Triiun untuk Kebudayaan
jpnn.com, JAKARTA - Selama 68 tahun menjadi anggota UNESCO, Indonesia telah menerima banyak manfaat sejalan dengan kepentingan nasional.
Salah satunya adalah penurunan penyandang buta aksara secara drastis dibanding saat sebelum menjadi anggota UNESCO.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Didik Suhardi mengatakan, pada 1945, 97 persen dari total penduduk Indonesia saat itu mengalami buta aksara.
Selang tiga tahun resmi menjadi anggota UNESCO di 1953, buta aksara berkurang menjadi 65,9 persen. Hingga 2018, jumlahnya ditekan hingga 2,07 persen.
"Keanggotaan Indonesia di UNESCO tidak hanya bermanfaat di sektor pendidikan tapi juga sains, kebudayaan, komunikasi, dan informasi," kata Didi dalam rapat pleno akhir tahun 2018 Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO di Kantor Kemendikbud, Kamis (13/12).
Di sektor kebudayaan, lanjutnya, Indonesia telah mendapatkan pengakuan internasional berupa 4 World Cultural Heritage, 9 Intangible Cultural Heritage, dan 2 UNESCO Creative Cities Network.
Dia menyebutkan dalam Kongres Kebudayaan Indonesia ke-100, sudah dihasilkan 7 strategi kebudayaan yang telah dijabarkan 40 budayawan dan diserahkan kepada Presiden Jokowi. Presiden bahkan menjanjikan dana abadi Rp 5 triliun khusus kebudayaan.
"Ini tonggak sejarah yang luar biasa. Tahun 2019 kami mengalokasikan anggaran pemeliharaan museum, pelestarian kesenian tradisional lewat dana alokasi khusus," ucapnya.