Terima Kompensasi Rp 27 M, Kisah Bayi Tertukar Ini Mengharukan
GRASSE - Bukannya minta maaf atas kekeliruan tertukarnya dua bayi perempuan, klinik bersalin di Riviera, Cannes, Prancis malah menuding orang tua bayi yang salah karena tak mengenali anak sendiri.
Kasus tertukarnya bayi itu sejatinya terjadi pada 1994. Namun, keluarga baru menyadari sepuluh tahun kemudian. Sophie Serrano, ibu salah satu bayi yang tertukar, menuntut ke pengadilan.
"Dia (Sophie Serrano, Red) sejatinya sudah protes kepada klinik saat bayinya diberikan. Namun, karena yang memberikan adalah perawat yang berpengalaman dan dia masih sangat muda serta baru punya anak, jadi menyalahkannya sungguh tak masuk akal. Saya melihat ini tidak manusiawi," ujar Manon Serrano, salah satu bayi yang tertukar yang kini telah tumbuh dewasa.
Untung, pengadilan memutus klinik tersebut bersalah sehingga keluarga yang menjadi korban menerima kompensasi EUR 1,88 juta (setara Rp 27 miliar).
Besaran ganti rugi itu enam kali lebih rendah daripada tuntutan keluarga. Putusan pengadilan untuk memberikan kompensasi tersebut baru keluar kemarin (10/2). Tepatnya 21 tahun setelah kedua bayi perempuan itu tertukar.
Uang Rp 27 miliar tersebut dibagi untuk kedua keluarga. Perinciannya, antara lain, EUR 400 ribu (setara Rp 5,7 miliar) untuk kedua bayi perempuan yang tertukar dan kini telah berusia 21 tahun. Ketiga orang tua kedua bayi yang tertukar itu mendapatkan masing-masing EUR 300 ribu (Rp 4,3 miliar).
Tiga saudara kandung bayi yang tertukar tersebut juga memperoleh bagian masing-masing EUR 60 ribu (Rp 862,1 juta).
Sayang, hanya pihak klinik yang mendapatkan hukuman. Dokter yang bertugas jaga, perawat, serta dokter kandungan yang bertanggung jawab atas kelahiran dua bayi tersebut tidak dijatuhi hukuman apa pun. Padahal, keluarga juga mengajukan tuntutan kepada mereka.
Kisah tertukarnya bayi itu dimulai pada 4 Juli 1994. Saat itu Sophie melahirkan bayi perempuan di sebuah klinik di Cannes. Bayi tersebut diberi nama Manon. Sesaat setelah dilahirkan, Manon dideteksi menderita penyakit kuning.
Dokter memutuskan Manon dirawat di inkubator. Saat itu ada bayi baru lahir lainnya yang juga menderita penyakit kuning serta mendapatkan perawatan serupa.
Di sinilah Manon kecil tertukar dengan bayi lain tersebut. Perawat tambahan yang ditugaskan oleh pihak klinik tanpa sengaja menukar kedua bayi. Sejatinya Sophie dan ibu bayi lainnya sudah merasakan keanehan ketika menerima anak mereka setelah penyinaran di inkubator.
Panjang rambut bayi mereka dan bayi yang diserahkan setelah penyinaran berbeda. Namun, perawat bersikukuh bahwa tidak ada kesalahan dan mengizinkan mereka untuk pulang.
Meski masih sedikit curiga, Sophie tak membantah. Dia merawat Manon kecil yang ternyata adalah anak orang lain. Keanehan dan kegundahan menyeruak ke keluarganya sepuluh tahun kemudian. Suami Sophie merasa bahwa Manon tak memiliki kemiripan sama sekali dengannya.
Rambut Manon hitam pekat, padahal dia dan Sophie memiliki rambut agak kecokelatan. Wajah mereka pun jauh berbeda. Sophie dan suaminya akhirnya melakukan tes DNA. Hasilnya membuat mereka terkejut. Manon ternyata tidak memiliki kesamaan DNA dengan mereka. Artinya, Manon bukan anak mereka.
Mereka kemudian kembali ke klinik tempat Sophie melahirkan untuk mencari tahu siapa yang membawa anak kandung mereka. Dari hasil penyelidikan, diketahui Manon tak sendirian ketika dirawat karena gejala kuning waktu bayi.
Ada dua bayi lain, satu laki-laki dan satu lagi perempuan. Pihak klinik hanya punya dua inkubator yang memiliki lampu khusus. Satu inkubator dipakai bayi laki-laki, sedangkan Manon dan bayi perempuan lain dijadikan satu. Itulah yang membuat keduanya tertukar.
Setelah mengetahui kenyataan itu, Sophie sempat bertemu dengan pasangan yang merawat anak kandungnya. Namun, dalam pertemuan tersebut, keduanya memilih untuk tidak menukar kembali anak mereka.
Sophie sudah memiliki ikatan dengan Manon yang bukan anak biologisnya selama sepuluh tahun. Dia tidak ingin menukarnya meski dengan anak kandungnya sendiri. Begitu juga pasangan yang telah merawat anak kandung keluarga Serrano, mereka tidak ingin bertukar. Kedua keluarga itu kemudian saling menjaga jarak sampai sekarang.
"Ini terlalu sulit. Jadi, kami akhirnya berpisah karena terlalu menyedihkan. Ini adalah satu-satunya cara untuk kembali stabil," ujar Sophie saat dengar pendapat Desember tahun lalu.