Ternyata, Bahan Pembuatan Alquran Berusia 4 Abad Bukan Dari Kertas Biasa
jpnn.com - Mushaf Alquran berusia empat abad masih tersimpan rapi di Museum NTB (Nusa Tenggara Barat). Bahan pembuatan alquran ini menggunakan kertas tradisional yakni deluang. Deluang adalah kulit kayu yang ditipiskan.
“Pada abad itu Kolonial Belanda belum masuk ke Lombok, Belanda masuk pada tahun 1892 yang tentu membawa kertas,” kata Benyamin, sejarawan Museum NTB seperti dilansir Harian Lombok Pos (Grup JPNN.com).
Sementara alquran itu menggunakan kertas tradisional deluang. Setelah diteliti, tintanya juga bukan dari tinta China, tetapi berbahan dedaunan, akar-akaran dan bunga-bungaan. Bahan tinta tumbuhan itu ada yang diperas direbus dan sebagainya.
Menurutnya, kemungkinan Alquran tersebut dibuat di Lombok, setelah abad ke-16 sebelum kolonial masuk. Ia sendiri belum bisa memastikan tahun berapa dibuat dan berapa tahun usianya. Tapi jika dihitung dari tahun 1700-an, berarti sekarang sudah 400-an tahun.
”Diperkirakan seperti itu dilihat dari bahannya,” terangnya.
Sekilas mushaf Alquran ini seperti alquran biasa. Namun nampak lebih lusuh dengan warna coklat tua. Huruf-huruf hijaiyah ditulis rapi, dengan penulisan nomor ayat berwarna merah.
Pihak museum sangat hati-hati dengan benda ini. Bila sembarangan disentuh, lembar mushaf bisa rusak.
Benyamin, sejarawan Museum NTB menjelaskan, mushaf Alquran ini ditemukan di Lombok. Secara keseluruhan, pihaknya mempunyai 15 mushaf alquran. Tidak hanya dari Lombok. Tapi juga berasal dari Dompu, Bima dan Sumbawa. Dari 15 mushaf ini, ada yang sudah sangat tua, salah satunya yang dipajang tersebut.