Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Ternyata, Pendidikan Tersangka Otak Pemerkosaan Yuyun Itu...

Senin, 09 Mei 2016 – 07:49 WIB
Ternyata, Pendidikan Tersangka Otak Pemerkosaan Yuyun Itu... - JPNN.COM
SOLIDARITAS : Aktivis perempuan menggelar aksi solidaritas untuk Yuyun di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (8/5). Aksi tersebut mengecam kekerasan seksual di Indonesia dan mendesak pemerintah mengeluarkan kebijakan sebagai upaya pencegahan. Foto : UKON FURKON SUKANDA/INDOPOS


ZAKARIA semakin sangsi kalau Zainal, anaknya, dikatakan terlibat pemerkosaan dan pembunuhan terhadap Yuyun gara-gara gemar menonton film “adegan hubungan orang dewasa”. Sebab, anaknya itu tidak memiliki handphone. 

”Dia itu tak punya alat komunikasi. Mana bisa melihat video semacam itu?” tutur jelas warga Desa Kasie Kasubun, Lembak, Rejang Lebong, tersebut, kepada Ilham Wancoko dari Jawa Pos.
.
Selain itu, Zainal, setahu sang bapak, tak pernah bergaul dengan anak-anak yang berumur cukup jauh di bawahnya. Di antara 14 terduga pemerkosa Yuyun, separonya masih tergolong anak. 

”Banyak teman (Zainal, Red) yang datang ke rumah, tapi bukan anak kecil-kecil,” ucap Zakaria.

Seperti banyak keluarga lain di Kasie Kasubun, Zakaria sekeluarga mengandalkan pendapatan dari kebun kopi dan karet. Luas kebun mereka sekitar 1 hektare, tergolong kecil di Bengkulu. 

Harga karet juga tengah jatuh. Per kilogram cuma Rp 4 ribu–Rp 5 ribu. Padahal, dalam sehari, keluarga Zakaria hanya bisa menyadap 2 kilogram karet. Beban hidup memang menjadi lebih ringan ketika masa panen kopi tiba. 

”Tapi, itu hanya setahun sekali,” kata Zakaria, yang bersama keluarga tinggal di sebuah rumah kayu usang. 

Data yang dimiliki Jawa Pos, di antara 263 ribu warga Rejang Lebong, 93 ribu warga tergolong miskin atau sekitar 36 persen dari total populasi. Penghasilan mereka kurang dari Rp 30 ribu per hari. 

Jadilah ketiga anak Zakaria harus putus sekolah. Zaenal drop out saat kelas dua SMP. Tapi, yang perlu ditegaskan, penggambaran kemiskinan dan rendahnya pendidikan itu bukan sebuah upaya pemakluman. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News