Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Terobosan Baru, Rawa Jadi Kantong Penyangga Pangan Nasional

Rabu, 17 Oktober 2018 – 21:21 WIB
Terobosan Baru, Rawa Jadi Kantong Penyangga Pangan Nasional - JPNN.COM
Mentan Amran Sulaiman di lahan rawa kering di Banjarbaru, Kalsel. Foto: Natalia/JPNN

jpnn.com, BANJARBARU - Upaya Kementerian Pertanian (Kementan) mewujudkan kedaulatan pangan hingga menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia tahun 2045 optimistis bisa dicapai.

Pemanfaatan lahan rawa yang begitu luas menjadi salah satu terobosan baru untuk mewujudkan hal tersebut.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman yang saat ini berada di lokasi peringatan Hari Pangan Sedunia XXXVIII di Kalimantan Selatan mengungkapkan potensi lahan rawa di Indonesia sangat luas yakni mencapai 34,1 juta hektar. Lahan rawa ini tersebar di 18 provinsi dan 300 kabupaten.

“Apabila digarap 10 juta hektar saja, ditanam minimal dua kali setahun, dengan produktivitas 6 ton per hektar, akan menghasilkan padi 120 juta ton setara 60 juta ton beras. Beras surplus bahkan bisa memasok kebutuhan dunia,” kata Amran di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu (17/10).

Menurut Amran, besarnya produksi tersebut, tentu sudah sangat jelas menunjukkan rawa sebagai kantong penyangga pangan nasional.

Dengan demikian, lahan rawa yang sangat luas tersebut harus dikelola melalui model full mekanisasi sehingga biaya lebih efisien, hemat tenaga kerja dan dikelola dalam skala luas dengan manajemen korporasi agar dinikmati petani secara luas.

“Model full mekanisasi dengan pola korporasi ini akan meningkatkan indeks pertanaman menjadi 3 kali setahun dan produktivitas naik menjadi 8,3 ton per hektar, sehingga menghasilkan produksi padi 250 juta ton, senilai Rp 1.134 triliun. Ini akan menjadi role model bagi pangan ke depan,” sambungnya.

Amran menyebutkan lahan rawa tidak sebatas dimanfaatkan untuk menghasilkan padi.

Lahan rawa yang sangat luas tersebut harus dikelola melalui model full mekanisasi sehingga biaya lebih efisien, hemat

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close