Teror Foto Mesra Abraham, Sahabat: Gak Mungkin Lah
jpnn.com - MAKASSAR - Direktur Komite Pemantau Legislatif (Kopel) Indonesia, Syamsuddin Alimsyah mengatakan, ini bukan teror pertama yang diterima Abraham. Menurutnya, selama ini almnus Fakultas Hukum Unhas itu selalu mampu menghadapi teror dengan tenang.
Syamsuddin bersahabat dengan Abraham sejak 1999. Dia sangat kenal pribadinya. “Walau saya bukan ahli telematika, gak mungkin lah. Kak Abraham sangat memproteksi diri. Dia tidak sembarang menghadiri acara, kecuali acara keluarga,” kata Syamsudin Alimsyah seperti yang dilansir FAJAR (Grup JPNN.com), Kamis (15/1).
Sebelum teror foto mesra, Abraham sempat dikaitkan dengan isu Islam garis keras, lalu hubungan spesial dengan salah satu pejabat tinggi negara, sampai beredarnya sprindik di KPK. Semua tidak pernah terbukti.
“Saya yakin yang menyebar (foto-foto) ini kalau bukan pelaku koruptor, adalah orang-orang yang menikmati hasil korupsi. Di lingkaran itu saja. Tentu tidak senang dengan ketegasan KPK,” bebernya.
Syamsuddin mengatakan Abraham menjadi pimpinan KPK bukan atas kemauan pribadi. Kopel termasuk salah satu lembaga yang mendorongnya. Sejumlah tokoh dan lembaga juga tertarik dengan sosok yang tegas dan berani itu.
“Beliau dicalonkan lembaga dan personal. Sederhanya kami yang lamar beliau sebagai pimpinan KPK. Saya bawa berkasnya. Saat terpilih pun, kami tentu senang, tetapi beliau berduka karena beban yang berat itu,” tandasnya.
Foto mesra seorang pria berwajah mirip Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad dengan perempuan yang disebut sebagai Putri Indonesia tahun 2014, Elvira Devinamira Wirayanti mulai beredar melalui layanan pesan instan. Foto itu awalnya dikirim lewat surat elektronik oleh wijayantiandini@yahoo.co.id pada Rabu (14/1).
Dalam foto itu, pria mirip Abraham terlihat memeluk dan mencium sosok perempuan cantik berbaju you can see. Adapula foto yang memperlihatkan perempuan cantik itu mencium pipi Abraham.
Ketika dikonfirmasi soal foto tersebut, Abraham membantahnya. Abraham menyebut penyebaran foto sebagai gosip untuk menghancurkan dan mengkriminalisasi dirinya.