Teror Pemanasan dari Mafia Migas?
jpnn.com - JAKARTA - Penembakan kantor Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), Kamis (10/9), dinilai sebagai sebuah pesan mafia. Bahkan penembakan itu disebut sebagai teror episode pertama alias baru pemanasan.
Aktivis yang juga pengamat energi dari Masyarakat Peduli Energi dan Lingkungan, Surya Widiantara menduga, mafia menginginkan Menteri ESDM Sudirman Said jangan terlalu ngotot menutup ruang gerak mafia melalui kebijakan menteri.
Pasalnya, menurut dia, kebijakan fundamental yang dibuat Sudirman dalam sembilan bulan terakhir ini banyak mengarah pada penutupan 'lumbung mainan' mafia migas.
Misalnya, pembubaran Petral yang diikuti audit investigasi, keputusan mengambil alih TPPI dan dikelola oleh Pertamina. Pembangunan kilang minyak baik untuk pengolahan maupun penyimpanan juga dimulai.
"Jadi pembenahan ini mengubah sistem yang sudah ada sejak bertahun-tahun. Di saat yang bersamaan, ada sejumlah kasus terkait energi yang masih bergulir di meja hijau," ujar Surya, Jumat (11/9).
Sudirman menurut Surya, juga memangkas 60 persen perizinan dan memindahkan hampir seluruh perizinan ke PTSP di bawah koordinasi BKPM. Kemudian pemangkasan subsidi BBM telah dialihkan ke sektor produktif seperti pembangunan infrastruktur.
Pembenahan lain, memutuskan kelanjutan operasi Blok Mahakam dan menyerahkannya kepada Pertamina. Tentunya, lanjut Surya, semua ini berimplikasi pada eliminasi ruang korupsi dalam bidang migas.
Lumbung korupsi yang sudah dinikmati mafia migas, akhirnya dipreteli pemerintah. Pemberangusan lumbung mafia hanya dalam sekejap. Ini tak pernah terjadi dalam sejarah migas di Indonesia.