Tetap Pede Berkulit Gelap
jpnn.com - BANYAK perempuan beranggapan memiliki warna kulit gelap tidak menarik. Akibatnya, banyak yang berbondong bondong menjalani perawatan pemutihan kulit. Padahal, kulit yang cenderung gelap mampu mencegah terjadinya osteoporosis.
Menurut ahli kedokteran fisik dan rehabilitasi, Dr Damayanti Sp KFR, Orang berkulit gelap memiliki lebih banyak zat pigmen yang kaya provitamin D. Damayanti menjelaskan, saat kulit terpapar sinar matahari, sinar UV (ultraviolet) mengubah provitamin D menjadi vitamin D. "Seperti yang kita tahu, vitamin D itu sangat penting untuk kesehatan tulang," jelasnya. Semakin banyak vitamin D, kecil kemungkinan seseorang mengalami pengeroposan tulang.
Berbeda dengan orang yang punya warna kulit terang. Mereka memiliki pigmen kulit yang jauh lebih sedikit. Saat terkena paparan sinar UV, kulit tidak sepenuhnya menyerap dan tidak mengubah provitamin D menjadi vitamin D.
Malah kulit memantulkan kembali sinar UV tersebut. Hal itu yang membuat orang dengan warna kulit terang lebih rentan mengalami osteoporosis. Namun, itu tidak berarti untuk mencegah osteoporosis harus menggelapkan kulit. Sering bergerak atau latihan juga menjadi cara terbaik mengaktifkan kembali sel-sel untuk meregenerasi tulang.
Damayanti menjelaskan, jika kurang bergerak, stem cell dalam tulang susah keluar. Stem cell merupakan sejumlah sel di dalam tulang yang berguna mengganti sel-sel rusak. "Kalau kita malas bergerak, sel yang rusak tidak bisa tergantikan," katanya.
Jika orang melakukan banyak aktivitas dan gerakan, sel-sel tersebut juga bergerak keluar dan disalurkan ke seluruh pembuluh darah. Dengan begitu, proses regenerasi akan lebih cepat. Menurut Damayanti, manusia diciptakan untuk bergerak. Bahkan, saat tidur sekali pun, organ dalam tubuh masih bekerja.
Namun, banyak yang belum mau meluangkan waktu untuk bergerak. Dengan bergerak, mobilitas dalam tubuh semakin tinggi. Penyerapan kalsium, makanan, bahkan energi untuk melakukan aktivitas semakin baik.
Berdasar riset untuk disertasi yang dia lakukan pada perempuan pramenopause dan postmenopause, golongan perempuan postmenopause diminta untuk melakukan gerakan atau exercise dalam waktu tertentu. Ternyata setelah melakukan gerakan tersebut, stem cell dalam tulang aktif kembali. Bahkan, menyamai golongan perempuan yang pramenopause.