Thailand Bantah Rajanya Terkaya
Minggu, 24 Agustus 2008 – 09:41 WIB
Kementerian Luar Negeri mengatakan laporan itu tidak akurat. Dalam pernyataannya, kementerian juga menegaskan bahwa artikel yang ditampilkan dalam edisi terbaru Forbes itu tidak benar. Pernyataan ini diperkuat data dari Biro Properti Raja. Bahwa, beberapa aset yang disebut Forbes sebagai milik raja bukanlah murni milik sang raja, melainkan milik biro ini. Itu berarti bahwa aset-aset yang dikira milik Raja merupakan milik seluruh rakyat Thailand yang dikelola biro ini.
Biro ini juga mengatakan bahwa sejatinya mereka menyewakan sebagian besar tanahnya dengan harga yang sangat rendah. Di antaranya, tanah-tanah itu digunakan untuk kantor pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan pemukiman. Dari total tanah yang dimiliki biro ini, hanya 7 persen saja yang disewakan secara komersiil.
Lebih lanjut, Kementerian Luar Negeri juga mengatakan kalau laporan tentang Raja pujaan rakyat Thailand itu sekaligus keterkaitannya dengan kudeta 2006 sama sekali tidak benar. Sebab, Raja sama sekali tidak mempunyai peranan mengintervensi militer dalam peristiwa yang terjadi September 2006 itu.
Sebagaimana diberitakan, Forbes edisi 20 Agustus menurunkan artikel tentang kekayaan 15 pemimpin kerajaan terbesar di dunia. Jumlah kekayaan ke-15 pemimpin kerajaan itu ditaksir menembus jumlah USD 131 miliar (Rp 1.206 triliun), yang berarti naik 42 persen daripada tahun lalu. Kenaikan ini, konon dipicu meroketnya harga minyak yang semakin menggemukkan pundi-pundi para raja itu. Utamanya para raja di wilayah Timur Tengah.
Dalam artikel itu, Forbes menobatkan Raja Bhumibol Adulyadej di urutan pertama sebagai raja terkaya. Disusul dengan Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan dari Uni Emirat Arab, Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdul Aziz, dan Sultan Haji Hassanal Bolkiah dari Brunei Darussalam, dan Sheikh Mohammed bin Rashid dari Dubai. (AFP/AP/Bangkokpost/dia)