Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Thailand Memilih: Boneka Militer atau Pemuja Thaksin?

Senin, 25 Maret 2019 – 09:48 WIB
Thailand Memilih: Boneka Militer atau Pemuja Thaksin? - JPNN.COM
Warga Thailand memilih dalam pemilu pertama sejak kudeta militer 2014 silam, Minggu (24/3). Foto: AFP

Majelis rendah atau house of representative yang terdiri atas 500 orang dan majelis tinggi alias senat berisi 250 orang. Yang diperebutkan hanya kursi majelis rendah. Semua anggota senat sudah ditunjuk junta militer. Padahal, pemilihan perdana menteri dilakukan oleh dua majelis tersebut.

Dengan aturan itu, PPP hanya membutuhkan 126 kursi untuk bisa meraih suara mayoritas. Sebab, sudah ada 250 anggota senat yang pasti mendukung mereka.

Partai lain membutuhkan 376 kursi untuk bisa memilih PM dan membentuk pemerintahan. Besar kemungkinan PTP berkoalisi dengan Future Forward Party yang dipimpin Thanathorn Juangroongruangkit. Partai baru itu mendapat perolehan suara terbesar ketiga.

Junta militer juga mengubah batas wilayah di beberapa distrik. Perubahan itu menguntungkan mereka. Hanya, jurnalis Thai PBS melihat petugas pemungutan suara berbuat curang. Balot salah coret milik PPP tetap dihitung valid.

BACA JUGA: Thailand Semringah Menyambut Kembalinya

Beberapa jam menjelang pemilu, Raja Maha Vajiralongkorn membuat pernyataan kepada publik. Yaitu agar rakyat memilih orang baik untuk berkuasa serta mencegah orang jahat mengakibatkan kerusuhan. Raja tak menyebut kelompok mana pun dalam pidatonya, tapi itu tanda bahwa dia mulai ikut campur dalam politik. Hal itu sangat dijauhi mendiang ayahnya.

Vajiralongkorn bahkan turun tangan saat saudara perempuannya, Putri Ubolratana, mencalonkan diri. Yaitu dengan menyatakan bahwa pencalonannya tidak valid. Jika saja Vajiralongkorn tak ikut campur, Ubolratana bisa dengan mudah membawa partai yang mengusungnya menuju kemenangan dan mengalahkan Prayuth.

Partai poros ketiga seperti Demokrat dan Bhumjaithai Party belum menentukan sikap. ''Mungkin ada pemerintahan yang stabil muncul dalam waktu dekat, tapi koalisi seperti itu tidak akan bertahan lama,'' kata dosen ilmu politik di Naresuan University Paul Chambers. (sha/c19/sof)

Pemilu Thailand menjadi penentuan, apakah warga ingin dipimpin boneka militer atau kembali ke rezim Thaksin Shinawatra

Redaktur & Reporter : Adil

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close