The Kid Who Would Be King: Legenda Excalibur Versi Keluarga
jpnn.com - Tentu banyak orang yang tahu tentang legenda Excalibur. Pedang tersebut tertancap kuat di batu. Konon, kesatria yang mampu mencabut Excalibur dinobatkan jadi raja. Kini, legenda itu ditampilkan lebih modern, lebih seru, dan lebih anak-anak di The Kid Who Would Be King.
Di ''kemasan'' barunya, legenda Excalibur dituturkan lewat Alexander Elliot. Alex, sapaan Alexander Elliot, adalah seorang anak SD yang pemberani.
Di hari pertama masuk sekolah, Alex menolong Bedders yang dipelonco Lance dan Kaye. Sejak saat itu, keduanya jadi sahabat. Di sisi lain, Alex pun dimusuhi habis-habisan oleh tukang bully tersebut.
Ketika dikejar Lance dan Kaye, Alex menyelamatkan diri dengan berlari ke area pembangunan. Dia tersandung benda misterius yang ternyata merupakan pedang Excalibur. Nah, tanpa mereka ketahui, pedang itu mengirim ''sinyal'' kepada penyihir Merlin.
Sayang, pedang tersebut juga mengirim sinyal kepada si jahat Morgan le Fay. Dia dan pasukan zombinya bakal menghabiskan seluruh Inggris demi merebut Excalibur. Merlin pun menyamar. Dia melatih Alex, Bedders, dan duo tukang bully menjadi kesatria dengan kekuatan sihirnya. Mereka mampu mengalahkan si jahat. Sayang, Excalibur rusak di pertarungan itu.
The Kid Who Would Be King berhasil menyegarkan dan menyederhanakan legenda lama Inggris tersebut. Tapi tanpa mengurangi keseruan. ''Kisahnya cocok buat ditonton sekeluarga, tapi tetap 'tajam' dan segar,'' ungkap kritikus USA Today Brian Truitt. Lindsey Bahr, kontributor AP, juga memuji proporsi adegan action dan komedi di film itu sehingga kisahnya enak disimak.
Kontributor Entertainment Weekly Dana Schwartz menilai, film tersebut, sesuai targetnya, bakal mengena buat penonton muda. Sebab, cerita, action, hingga guyonannya dibikin sesuai anak zaman now.
Sutradara Joe Cornish juga menekankan, The Kid Who Would Be King adalah salah satu proyek ambisiusnya. Para lakonnya adalah aktor dan aktris cilik. Dia ingin anak-anak belajar dari tokoh sebayanya.